Friday, February 20, 2009

Tobat Pupuk Kimia


Inilah kisah ayah dan anak yang menggeluti pengembangan pupuk organik di Indonesia. Sang ayah Zainal Sudjais bertobat setelah puluhan tahun bergelut dengan pupuk kimia. Sementara si anak, Zein Mawardi Arief, bermodal sekolah bisnis selama 10 tahun di Amerika, kini menjadi bos pabrik pupuk organik yang mereka bentuk bersama. Reporter KBR68H Humto Jaya Marbun menyusun cerita inspirasi tentang mereka.

Audio: Suasana pabrik pupuk organik PT Superfarm

Dengan bangga kami perkenalkan Zainal Sudjais, tokoh senior di bidang perpupukan Indonesia. Coba tanya, siapa pegiat pupuk di Indonesia yang tak kenal namanya. Minimal pasti pernah dengar nama Zainal Sudjais karena dia sudah malang melintang memproduksi pupuk selama lebih dari 20 tahun.

Audio: Saya kalau di dunia perpupukan, itu dimulai dari Pupuk Kaltim, hampir 13 tahun. Kemudian di pupuk Asian Asean Fertilizer di Aceh itu 5,5 tahun. Kemudian di Pusri 4 tahun. Total 22 tahun di dunia perpupukan sebagai direksi dan terakhir pensiun dari Pusri pada 2004 di usia 62 tahun.

Lebih dari 20 tahun Zainal Sudjais berkecimpung di bisnis pupuk kimia. Sekali lagi, pupuk kimia. Tapi, kini dia berubah total, berbalik arah mengurus bisnis pupuk organik. Kata dia, ini untuk menebus kesalahannya selama 20 tahun yang turut andil merusak lahan pertanian Indonesia. Tak hanya pertanian, tapi juga lingkungan hidup.

Audio: Saya sebetulnya menekuni pupuk organik bukan setelah pensiun. Tapi sejak beberapa tahun sejak saya di Pusri, saya sudah mulai tumbuh dan timbul dari kesadaran itu karena setelah saya pelajari dunia pertanian yang lebih luas ternyata pupuk kimia itu kalau kita apply terapkan berlebihan ini justru malah menimbulkan masalah besar.

Karena itu, Zainal bertobat.

Audio: Dan saya tidak malu-malu saya katakan inilah saatnya saya menebus dosa yang selama sekian puluh tahun istilahnya ikut membuat kesalahan membikin petani menjadi kecanduan pupuk kimia, yang sebetulnya tidak boleh. Menjadi fanatik, seolah-olah bahwa tanpa pupuk kimia dia tidak boleh bertani.

Menurut Zainal, atas nama produksi, petani dimanjakan dengan pupuk kimia selama puluhan tahun. Awalnya, produksi memang melimpah, tapi tanpa sadar, tingkat kesuburan tanah kian merosot. Kalau sudah begini, dapat ditebak, kata Zainal, justru produksi bakal berkurang. Kalaupun hasil beras petani stabil, berarti pupuk kimia yang ditebar harus lebih banyak. Tahu sendiri, bagaimana harga pupuk kimia yang meroket, apalagi kalau dikabarkan langka. Petani susah, tanah juga disiksa dengan bahan kimia dalam pupuk.

Audio: Ternyata kita selama sekian puluhan tahun sejak revolusi hijau dicanangkan di mana kita kemudian ikut tahun 60 an ternyata kemudian karena asyik pupuk sintetik kita lupa masukan pupuk organik. Dan justru sebetulnya masukan organik itu sangat dibutuhkan oleh tanah. Karena tanah itu kan bukan sesuatu yang mati. Di dalam tanah itu ada miliaran, makhluk hidup yang namanya mikroorganism, itu butuh makanan. Makanannya adalah unsur-unsur organik. Ini kita lupa.

Audio: Suasana pabrik pupuk organik

Di usianya yang menginjak kepala tujuh, Zainal Sudjais menghabiskan masa tuanya dengan menggaungkan pentingnya petani menggunakan pupuk organik. Sejak tiga tahun lalu, dia membangun pabrik kecil di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan untuk memproduksi bahan organik bagi petani. Ada pupuk organik cair, pengendali hama organik, dan dekomposer organik untuk bahan tambahan pembuatan kompos.
Audio: Saya menekuni pupuk organik ini tidak tanggung-tanggung. Saya akhirnya juga ingin buktikan bahwa itu benar. Saya kemudian bangun pabrik kecil, pembuatan produk organik. Pupuk organik, pestisida organik, ada 11 macam produk.

Demi memuluskan penerimaan pupuk organik, Zainal juga memproduksi pupuk semi organik, yang dicampur pupuk kimia. Semangatnya tetap, mengurangi pemakaian pupuk kimia.

Audio: Suasana pabrik pupuk organik

Dengan modal awal 200 juta rupiah, Zainal Sudjais mendirikan Pabrik Pupuk Organik yang diberi nama Superfarm-Greenland Agrotech Industries. Sejumlah anak muda yang menekuni pengembangan pupuk organik, digandeng. Tak lupa, sang anak Zein Mawardi Arief yang telah 10 tahun menimba ilmu bisnis di Amerika Serikat, dipanggil pulang memimpin Superfarm.

Audio: Suasana pabrik pupuk organik

Regenerasi berjalan mulus dari ayah kepada anak. Sang ayah kini lebih banyak berbicara di forum-forum nasional dan internasional tentang betapa penting petani kembali ke pupuk organik. Istilahnya, kembali ke alam. Sementara Arief memegang kendali utama pabrik pupuk.

Audio: Saya punya mentor, ayah dan teman, Pak Jais, yang mendidik saya pertama bukan mendidik ilmunya. Tapi dia berikan bagaimana saya mencari ilmu. Dia tidak beri saya ilmu pupuk yang banyak, tapi beri contoh bagaimana mencari ilmu. Contoh membaca, mendengar dan berkawan dengan orang yang sudah lebih dulu di situ.
Pabrik pupuk organik Superfarm terus berkembang, bukan berarti tanpa aral melintang.

Audio: Suasana pabrik pupuk organik

Zainal Sudjais belajar dari kesalahan. Ia tak mau lagi merusak tanah dengan pupuk kimia.

Audio: Harus diakui, bahwa bukan hanya saya, tapi sebagian besar pelaku industri pupuk kimia, ilmunya itu-itu saja. Terbatas. Tidak mau mempelajari yang lebih luas. Ini harus saya akui. Saya telah melakukan kesalahan. Ternyata di eropa dan amrik sudah mulai digerakkan kembali ke alam.

Meski angin sudah bergerak ke arah pupuk organik, masih ada pengusaha yang ngotot bertahan di bidang ini. Ketika Zainal menjabat sebagai Wakil Presiden Federasi Pupuk Internasional, ia menyaksikan sendiri penolakan dari pengusaha pupuk kimia.
Audio: Di IFPA sendiri, pengetahuan mengenai pupuk organik itu selalu ditepis. Jadi, kita kan in fighting paper, Ini kan konferensi, itu selalu kalau ada yang datang bawa proposal mengenai pentingnya masukan organik, itu selalu disingkirkan. Ini menandakan di kalangan produsen pupuk kimia, ada kekhawatiran, bahwa kalau pupuk organik ini akan lebih populer akan menjadi ancaman industri pupuk kimia yang jumlah sudah besar.

Zainal maklum. Pupuk kimia sebetulnya bisa tetap dipakai bersanding dengan pupuk organik. Dan pupuk alami sesungguhnya adalah jawaban bagi bumi yang nestapa disiksa bahan kimia.

Audio: Sebetulnya, pupuk kimia itu penting sebagai suplemen. Bukan sebagai makanan utama. Sebagai suplemen dia bagus untuk meningkatkan produksi. Tapi jangan lupa tanah pun memerlukan masukan organik untuk bisa lebih terjaga kesuburannya. Sehingga dapat menyerap pupuk kimia tadi dengan efisien atau baik. Kalau sekarang misalnya pupuk urea ditebarkan itu maksimum 40 persen terserap selebihnya hilang. Masuk air tanah, tergelontor ke muara yang juga mengganggu tambak-tambak, dan ada yang ke udara. Saya harus jujur, pengetahuan yang sebetulnya elementer itu, kita lupakan.
Supaya ilmu dasar itu tak makin terlupakan, Zainal bertindak. Ia mengajak teman sejawatnya di dunia perpupukan Indonesia untuk membuka mata. Pupuk tak hanya soal produksi, tapi juga nasib tanah dan petani di masa mendatang.

Audio: Saya ajak kepada seluruh kawan-kawan di industri pupuk di Indonesia bahwa pengetahuan anda mengenai pertanian, khususnya di bidang perpupukan, hendaknya bisa lebih diperluas. Tidak sempit hanya berkutat di seputar produk anda tapi juga harus memperhatiakn yang lain-lain. Sehingga orientasi kita bukan ke bagaimana membesarkan pabrik kita tapi bagaimana mensejahterakan petani bagaimana membangunan pertanian Indonesia. Jadi tidak sempit hanya membicarakan PT A, B, C. untuk membangun kemandirian dan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Itu hanya bisa dengan menjamin tanah itu subur dan dijaga. Dan itu tidak lepas dari pupuk organik.

Pebisnis pupuk kimia berhasil ditaklukkan, kini saatnya menaklukkan petani yang tak terbiasa menggunakan pupuk organik.
Audio: Tinggal petani. Ini yang paling berat. Bagaimana menyadarakan petani. Ini tidak mudah. Maka perlu lebih dari gerakan 60-an. Dulu ada bimas, insus, untuk sosialisasikan pupuk kimia. Sekarang, pupuk organik ini lebih susah. Karena tendesinya orang katakan ini barang kuno. Sering dikatakan harus membutuhkan jumlah pupuk yang besar.

Namun, kegelisahan Zainal Sudjais tampaknya secara perlahan akan hilang. Pemerintah menyatakan akan terus mengembangkan pupuk organik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan akan menyeimbangkan pupuk kimia dan organik bagi petani. Demi lingkungan hidup, kata Presiden.
Audio: Kita mengidentifikasi berapa perkiraan kebutuhan akan pupuk ini. Baik yang urea dan non urea. Dan Tentunya jangka menenegah, jangka panjang harus kita seimbangkan pula antara pupuk organik dan non organik.. Diketahui, bahwa sekitar 7 juta ton pupuk diperlukan untuk 2009-2010. Upaya untuk mengembangkan pupuk organik kita lakukan terus. Menteri Pertanian juga tadi laporkan soal rencana ke depan, bagaimana paduan yang baik antara pupuk organik dan anorganik. Agar juga lingkungan hidup bisa kita pelihara lebih baik lagi.

Menteri Pertanian pun, tambah Presiden, tengah merancang kebijakan untuk pemberian insentif harga pupuk organik, di samping menggenjot promosi. Kembali, Susilo Bambang Yudhoyono.
Audio: Saya menyambut baik saran petani dan saya meminta Menteri Pertanian ditingkat lagi promosi, sosialisasi, penjelasan. Dan bahkan tadi Menteri Pertanian punya konsep yang akan dituangkan nanti bagaimana harga pupuk organik supaya ada insentif. Dan kemudian bisa berkembang lebih baik lagi. Aspek itu juga kita lihat nanti, dengan tujuan sekali lagi, supaya lebih berimbang penggunaan pupuk organik dan nonorganik.

Kalau omongan Presiden ini benar. Tentu akan memuluskan cita-cita Zainal Sudjais dan Zein Mawardi Arief, anaknya.
Audio: Kesulitan produksi tidak ada yang besar. Hanya pemasarannya., karena saingan kita adalah pupuk anorganik. Ini dibela pemerintah. Sementara pupuk organik hanya didukung subsidi 1 triliun. Itu pun sudah termasuk paket lain termasuk benih.

Audio: Suasana pabrik pupuk organik

Saudara, pabrik pupuk organik Superfarm-Greenland Agrotech Industries yang dipimpin Zein Mawardi Arief mempekerjakan 70-80 orang. Tangan-tangan merekalah yang berandil besar memproduksi dekomposer, produk andalan Superfarm. Dekomposer merupakan bahan organik bagi petani untuk membuat kompos dan pupuk organik padat.

Audio: Di sini ada kotoran hewan, rempah-rempah, semua lewat sini. Dia akan menghilangkan. Masuk ke dalam steril. Salah satu ciri khas adalah tidak berbau. Justru awalnya kita menggunakan limbah-limbah. Cabe misalnya, banyak yang buangan, bawa sini. Tembakau kita datangkan dari Cirebon. Ada pabrik, buangannya, kita angkat. Boleh, bisa dikatakan ambil saja. Cabe contohnya, kita bisa beli yang tidak dipakai. Dikonsumsi untuk manusia rasanya tidak laku, kita beli.

Audio: Suasana pabrik pupuk organik

Dekomposer disukai petani karena lebih ringkas untuk memproduksi pupuk bikinan sendiri, yang bahan-bahan bakunya dapat diperoleh dari lingkungan petani itu sendiri. Seperti sampah rumah tangga dan kotoran hewan. Jika petani biasa menghasilkan kompos atau pupuk organik padat dalam 20-60 hari, maka dengan dekomposer Superfarm, kompos sudah dapat dihasilkan hanya dalam 5-7 hari saja.

Audio: Dijual per botol di petani seharga 30.000 untuk dekomposer. Bisa menghasilkan 1 ton pupuk kompos. Itu dipakai untuk membuat kompos dan mempercepat penguraian kompos yang baik dan matang itu dalam waktu 5-7 hari. Hasilnya 1 ton. Jadi hanya butuh ongkos 30 ribu rupiah. Jadi user kita bisa menghasilkan kompos dalam seminggu dari biasanya 20-60 hari.

Audio: Suasana Desa Jati Cipunagara Subang

Kelompok Tani Mekarsari di Desa Jati, Cipunagara, Subang, Jawa Barat adalah penggemar berat produk organik Superfarm. Lebih dari 70 petani di sana menggunakan produk Superfarm untuk menggarap 60-an hektar sawah. Ketua Kelompok tani Mekarsari Suta Suntana mengatakan sudah 3 tahun terakhir menggunakan pupuk organik cair, pengendali hama, dan dekomposer Superfarm.

Audio: Saya dulu pakai kimia. Tapi, karena saya lihat banyak program bagus Superfarm, saya ganti. Jadi petani sudah 20 tahun dan selama itu pakai pupuk kimia. Sekarang, saya diajari Superfarm bikin pupuk organik, saya tahu tanah rusak, saya terjun ke organik. Malah saya langsung organik, dari 2005 sampai sekarang, sawah saya organik semua.

Apa enaknya pakai produk Superfarm, Pak Suta?

Audio: Saya rasakan itu nasinya enak, tidak cepat basi, dan keistimewaan pakai Superfarm, padinya bernas, putih, jarang kepatahan. Andaikata saya ujicoba antara yang pakai Superfarm dan tidak, yang pakai Superfarm keluarnya 72 kilo per 1 kwintal gabah kering, yang tidak pake Superfarm paling 70 kilo. Selisih dua kilo. Pakai yang basah pernah ujicoba keluarnya 60 kilogram, anorganik, 58, yang organik 60 persen. Makanya saya nggak bisa lepas dari superfarm.

Audio: Suasana Desa Jati Cipunagara Subang

Direktur Utama Superfarm Zein Mawardi Arief masih punya mimpi mengembangkan pabrik pupuk organiknya. Pikirannya selalu ingin menambah produksi dan penyebaran pupuk organik setiap ada keuntungan sedikit dari perusahaan.

Audio: Misi kita adalah bagaimana seluruh kawasan Indonesia terjangkau Superfarm. Dan itu diperlukan bukan hanya satu pabrikan Superfarm. Tapi mungkin lebih dari 20-50 perusahaan. Oleh karena itu, seluruh usaha kegiatan kita fokus ke pengembangan. Jadi kita belum menikmati keuntungan karena setiap margin keuntungan yang kita dapatkan selalu kita alokasikan ke pengembangan pasar dan produk untuk mencapai misi dan visi.


[Humto Jaya Marbun | KBR68H]


foto: kolamazolla.blogspot.com