Thursday, January 15, 2009

Menabung di Bank Sampah


Di bank, kita bisa menyimpan uang. Lalu apa yang disimpan di bank sampah? Bank di Pangkalan Jati, Jakarta Timur ini menerima sampah atau limbah rumah tangga dari masyarakat, sekaligus memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar. Reporter KBR68H Anto Sidharta belajar menabung di Bank Sampah ini.

Audio: Suasana Wartini menjelaskan bank sampah

Wartini sigap menjelaskan soal rak-rak yang ada di hadapannya. Rak itu adalah tempat penyimpanan sampah. Dan Wartini, bukan ibu rumah tangga biasa. Ia adalah koordinator Bank Sampah di sebuah RT di kawasan Pangkalan Jati, Jakarta Timur.

Sampah kering ditaruh di rak bertingkat tiga dari kayu danbambu. Di situ ada sampah besi, plastik, kardus dan koran. Tempat seluas empat kali dua meter itu adalah Bank Sampah.

Bank sampah itu terletak di sebuah tanah kosong milik warga. Kebetulan belum dimanfaatkan, jadilah tempat itu disulap jadi Bank Sampah. Di situ juga ada tempat pengolahan sampah, pembibitan tanaman dan beragam kegiatan warga. Ada Pendidikan Anak Usia Dini, PAUD, bagi warga tak mampu.

Ketua RT setempat Rahayu Istari mengatakan,Bank Sampah ini tidak akan ada tanpa peran serta warga.

Audio: Saweran warga, ada yang 1 juta dari kas rw karena menang lomba. Dan waktu tu kita dijagokan lomba K3, jadi harus ada komunal sampah, jadi dibikin seperti ini dulu. Nah kebetulan tembok ini sudah ada, jadi kita tinggal, ada bekas-bekas kayu bekas, ala kadarnya yang penting tertutup rapat bisa untuk menyimpan.

Rahayu pantas berbangga. Bank sampah di RT-nya menjadi cikal bakal berdirinya dua bank sampah lainnya di wilayah tersebut.

Audio: Suasana

Bank Sampah adalah upaya warga mengelola dan memperbaiki lingkungan sekitar. Bank Sampah di Kalimalang ini berdiri pada Agustus 2007, menjadi satu dari puluhan bank sampah yang ada di Jakarta.

Namanya saja bank, maka Bank Sampah mengumpulkan seluruh sampah dari warga sekitar. Sampah tak sekadar dikumpulkan, tapi lantas diolah sehingga Pangkalan Jati jadi lingkungan yang asri dan hijau. Di kiri kanan jalan, tampak tanaman hijau dalam pot-pot besar, yang juga bercat hijau, tertata rapi.

Kembali Rahayu Istari.

Audio: Mempercantik betul, mempercantik lingkungan. Lingkungan itu bisa pot, bisa penghijauan, kreasi foto. Klo ada tamu kita bei kain sepotong untuk ttd tamu. Terus untuk olah koran dijadikan barang2 berkreasi kita butuh lem, cat, kuas. Klo lampion iya dari bank sambah, tapi gapuranya kita cari donator dan bantuan ppmk, ada sisa kita manfaatkan.
Bagaimana cara kerja bank sampah ini?

Wartini, selaku koordinator Bank Sampah Pangkalan Jati, punya sejumlah pengurus yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

Audio: Ada Bu Hikmah, ada Ibu Grace. Ibu Grace sekretais, Bu Hikmah bendaharanya..

Selain pengurus inti, ada lagi yang membantu proses pengumpulan, penjualan dan pemanfaatan hasil penjualan sampah. Mereka yang aktif di Bank Sampah ini adalah orang-orang yang peduli lingkungan. Salah satunya, bendara Bank Sampah, Hikmah, yang sudah aktif setahun silam.

Audio: Karena kita tertarik pada lingkungan, kita ingin menata lingkungan kita juga supaya lebih rapih, bersih. Alhamdulilah warga sangat antusiassekali. Karena warga sangat menyadari kita butuh kebersihan lingkungan, kesehatan, dan lebih bersih dari biasanya…

Tak mudah menularkan semangat asri dan hijau kepada warga lainnya. Sekretaris Bank Sampah Grace rajin menyebarkan gagasan ini kepada ibu-ibu warga setempat dalam setiap pertemuan. Intinya, sangat penting menangani sampah rumah tangga secara benar. Salah satunya, dengan memilah sampah.

Audio: Harus terus dikasih semangat. Kalo gak akan hilang, Cuma bbrp kali hilang. Kita ajak lagi, mau lagi. Harus sering kita ajak untuk ayo kumpulin sampah untuk isi kas, untuk bikin tas, jadi dikasih kesadaran setiap arisan…

Bank Sampah ini menjadi pusat pengumpulan dan pengolahan sampah. Sampah basah diolah jadi kompos, sampah kering didaur ulang jadi barang-barang yang bisa dipakai dan dijual. Koordinator Bank Sampah Wartini percaya, ada nilai besar di balik sampah-sampah warga.

Audio: Kalau untuk Multilayer, yang kita bikin tas-tas itu laku, ada harganya. Multilayer yang kita bikin tas-tas itu. Bisa dibiin tablak mejad dll. Klo bekas taro kita kumpulin bikin tas juga, tempat pensil-pensil.
Dari pendapatan Bank Sampah inilah diperoleh biaya pemeliharaan lingkungan di Pangkalan Jati. Alhasil, lingkungan jadi tertata apik. Kesadaran warga untuk memilah sampah pun makin tebal. Warga, sebagai nasabah bank, pun mendapat imbalan uang dari hasil setoran sampah mereka. Yanti senang juga bisa dapat uang jajan tambahan.

Audio: 25 ribu kali yah, tergantung sampah yang ada di rumah. Pokoknya yang rutin 25 ribu untuk nambah uang jajan anak. Harapan itu? Harapanya terus aja di adakan bank sampah..

Gagasan Bank Sampah ini sangat bisa dipakai di wilayah lain. Tertarik mencoba?
Audio: Suasana mengumpulkan sampah

Setiap rumah pasti menghasilkan sampah, baik yang kering maupun basah. Di sinilah rantai panjang mekanisme Bank Sampah dimulai.

Dari tiap rumah, sampah dipilah, lantas dikumpulkan ke Bank Sampah, kata Rahayu Istari, pegiat lingkungan sekaligus Ketua RT di Pangkalan Jati, Jakarta Timur.

Audio: Pengumpulan sampah-sampah kering. Ini bisa ada bank sampah jika di dalam rumah tangga kta sudah ada pemilahan antara sampah basah dan sampah kering dari dalam rumah tangga.
Warga disebut sebagai nasabah bank. Di setiap rumah warga disediakan plastik untuk menyimpan sampah, kata Yanti, salah satu nasabah Bank Sampah.

Audio: Sampah kering dipisahin, khan ada 3 kantong. Sampah kering, basah dan terbuang. Sampah kering ke tempat merah, basah ke kantong hitam dan kantong putih.

Yang disebut sampah kering seperti plastik, koran, kardus, botol dan gelas air mineral kemasan. Sementara sampah basah adalah sampah organik, yaitu sampah sisa sayur dan buah. Sementara sampah yang terbuang adalah kaca, batu batere, sampah kamar mandi seperti pembalut wanita dan bayi. Walau bisa diolah menjadi sampah organik, di daerah ini tulang ikan dan tulang ayam dibuang dengan alasan mudah menimbulkan belatung.

Di antara warga, ada yang dijadikan sebagai ketua kelompok. Satu ketua per RT, kata Rahayu Istari, ketua RT.

Audio: Itu per kelompok, klo melalui PKK melalui per kelompok dasa wisma. RT 4 ada 3 kelompok. Kelompok 4a terdiri dari sepuluh warga dikumpukan oleh ketua kelompoknya. Ketua kelompok membawa ke bank sampah pada hari sabtu, kita tentukan setiap penimbangannya hari sabtu. Ada nama2 pengumpul ini berapa, ini berapa…

Gagasan Bank Sampah ini terus dikuatkan lewat berbagai pertemuan warga. Misalnya di pertemuan pengurus PKK, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Ini salah satu pertemuan rutin yang kerap disisipkan gagasan soal Bank Sampah. Warga didorong untuk terus memilah dan mengumpulkan sampah ke bank.

Audio: Setiap arisan kita coba kasih ksadara, sampah-sampah jangan dibuang tapi dikumpulkan. Klo uintuk sayuran dipotong2 untuk kompos, sisanya dikumpulkan bisa jadi uang juga dengan dijual.

Di setiap PKK, pengurus Dasa Wisma berperan mengumpulkan sampah di 10 rumah. Dasa Wisma adalah unit terkecil dari tiap PKK yang ada di setiap RT. Tugasnya adalah mengetahui dan bertanggung jawab dalam pendataan setiap KK yang masuk dalam anggotanya. Data itu seperti jumlah ibu hamil dan jumlah balita. Dasa Wisma dilibatkan karena kelompok ini menjadi ujung tombak tim penghijauan di PKK.

Selain mengumpulkan sampah ke ketua kelompok, ada juga yang menyetorkan sampah langsung ke Bank Sampah. Sampah disetorkan dua minggu sekali setiap Sabtu.
Audio: Suasana warga datang ke Bank Sampah

Di lokasi bank sampah itu, pengurus bank sampah dan warga memilah sampah yang terkumpul sebelum ditimbang. Sampah plastik gelas air kemasan, botol air kemasan, koran, dan kardus, ditempahan terpisah.

Audio: Suasana memilah sampah

Sampah-sampah tadi dimasukan ke dalam plastik besar atau karung. Setelah itu, baru ditimbang pakai alat timbang gantung.

Audio: Suasana menimbang sampah

Hasil timbangan langsung dicatat oleh Sekretaris Bank Sampah. Jumlah sampah dari kelompok Dasa Wisma atau warga secara pribadi dicatat. Sehingga mereka punya buku tabungan dari sampah yang mereka kumpulkan sendiri. Sekretaris Bank Sampah, Grace.

Audio: Gelas plastic setengah kilo, kemasan plastic 3 kilo, koran 2 kilo, keratas 4,5 kilo, kardus 32 kilo, tas kresek 2 kilo…
Sudah beres ditimbang, pengepul sampah pun diundang. Pengurus bank sampah lalu menawar harga sampah yang diminta pengepul.

Audio: Suasana menawar harga ke pengepul

Kesepakatan diperoleh, uang dibayar, kata Grace.

Audio: Dapatnya kurang lebih 30 ribu, masuk kas. Ada warga yang pribadi sukda jual kardus, mereka ambil sendiri uangnya. Misalnya 20 kilo 20 ribu kasih kas 5 ribu, sukarela…

Uang itu kemudian dipegang oleh Bendahara Bank Sampah. Pendapatan yang masuk ke Bank Sampah setiap bulan sekitar dua ratus ribu. Itu termasuk dari pembuatan kompos dari sampah basah dan penjualan sampah plastik kemasan yang dijadikan kerajinan.

Koordinator Bank Sampah, Wartini.

Audio: Dalam satu bulan satu rt bisa 300 ribu lebih, Cuma ya itu ada sebagian yang diambil, misalnya dari warga yang punya warung. Jula karsus, ini saya sumbang ke dasa wisma 5 ribu, yang 50 ribu diambil. pendapatan bersih 200 ribulah perbulan.

Audio: Suasana di Bank Sampah

Pada akhirnya, Bank Sampah tak hanya menyingkirkan sampah yang bau dan mengundang penyakit, tapi sekaligus memberikan pendapatan bagi warga.


[Anto Sidharta | KBR68H]


foto: www.akhmadmurtajib.com

4 comments:

  1. eh tau gk??? bank sampah itu pangkalan jati sebeleh mana???

    ReplyDelete
  2. intan(intanerjebe@yahoo.com)June 10, 2010 at 2:31 PM

    maaf numpang nanya boleh tau alamat lengkap bang sampah di pangkalan gak??

    ReplyDelete
  3. Hai...bs info ke sy cara mnjd nasabah bank sampah,alamat & contact bank sampah yg bs dihubungi. Sy b'minat tp lokasi sy di tangerang.
    Pse info ke gmail sy sj. Tks

    ReplyDelete
  4. Saya kebetulan memang karena suatu idealisme saya.saya ingin melakonin pekerjaan ini. semua ini demi membuktikan kemandirian saya sekaligus menghapus persepsi buruk ttg Pemulung.Saya dari keluarga berada,tapi belakangan saya terpikirkan oleh hal yg satu ini.Ga taunya benar2 kebetulan,Apa yg saya pikirkan ini jg jd pembahasan di byk org ya di tahun 2011 ini. Syukur dg ini saya dpt mengembangkan suatu sistem baru yg lbh elegan layaknya "Bank Sampah" Oo iya saya br berumur 20 thn & saat ini berkuliah & usaha kecil 2-an. Salam kenal 'Nick Fernandos Tambunan ^_^"

    ReplyDelete