Sumatera Selatan adalah pionir. Dia menjadi provinsi pertama yang berani dan sanggup menyelenggarakan program kesehatan gratis. Caranya pun sangat mudah, tinggal tunjukkan kartu identitas, beres. Di saat daerah lain sibuk mengeluh dana yang cekak, Sumsel menggelontorkan 240 miliar rupiah dari APBD untuk program ini. Reporter KBR68H Citra Prastuti berbincang dengan warga yang langsung berbondong-bondong memeriksakan kesehatan mereka.
Audio: Suasana panggil pasien RSMH
Aminah duduk menepi di samping loket Jamsoskes, Jaminan Sosial Kesehatan, di RS Muhammad Husein, Palembang, Sumatera Selatan. Ia sibuk membolak-balik beberapa lembar kertas di tangannya. Ada Kartu Keluarga, surat rujukan dari rumah sakit, serta KTP. Perempuan tua itu tampak kebingungan.
Audio: Ini asli bu. Ini KK, KTP. Kartu berobat. Apa pulo ini. Sudah pas kalo ini. Ini asli semua bu. Ini rujukan kan dari RS Siti Khodijah? Fotokopi lagi.
Ini bukan kali pertama Aminah datang berobat ke RS Muhammad Husein. Tapi ini kali pertama ia menjalani prosedur berobat yang baru.
Audio: (Bu, ada penyakit apa?) Sakit mata, operasi. (untuk apa ke sini?) Operasi. Sekarang pakai KTP kan, dulu pakai Askin. Jadi kemarin minta rujukan sama Puskesmas, disuruh ke RS Siti Khodijah tadi. Sekarang disuruh ke sini lagi. (Sekarang sudah ngurus di sini?) Susah lah mondar-mandir, karena ini baru pertama ini. (Baru sekarang harus urus pakai KTP?) Iya.
Audio: Suasana panggil pasien RSMH
Audio: Pukul 9.30 di RS Muhammad Husein Palembang, Sumatera Selatan, sudah sangat ramai. Dari 40-an bangku yang tersedia, semuanya sudah diisi pasien yang mengantri mendapatkan pelayanan dari RS ini. Yang juga sangat ramai adalah di depan loket Jaminan Sosial Kesehatan Semesta, program berobat gratis bagi seluruh warga Sumatera Selatan. Warga tinggal menunjukkan KTP, KK atau surat domisili untuk mendapatkan layanan gratis ini. Tanpa batasan biaya, tanpa batasan penyakit.
Audio: Suasana depan loket jamsoskes
Audio: (Penyakitnya apa Pak?) Keterangan dari dokter, batuk bungin, yang menyumbat saluran kencing. (Prosedur yang sudah ditempuh?) Dari RSUD Bari, tidak lengkap perlengkapannya, jadi dirujuk ke sini. Kita tempuh jalur Poli dulu. Kalau memungkinkan dioperasi, nanti dioperasi. (Pelayanannya gimana?) Pelayanan baik, tapi jalur antrinya yang tidak baik. Kayaknya bertumpuk-tumpuk gitu.
Audio: (Gampang Pak ngurusnya?) Ngurus ponakan. (Sakit apa Pak?) Usus lengket. (Gampang atau susah Pak?) Kalau sudah dirawat, gampang. Yang rumit ngurus suratnya. (Surat apa saja pak?) KK, KTP. Seandainya salah cap, kita terpaksa ngulang lagi. Rumah Sakit Umum kan luas ya. Maaf Dek, ngantri.
Kesibukan tidak hanya tampak di luar, tapi juga di dalam loket Jamsoskes, melayani pasien program berobat gratis ala Sumsel.
Audio: Informasi ke depan, minta surat perawatan. Syaratnya, KTP duo, KK duo. Iyo, KK-nya duo lembar, KTP-nya duo lembar, rujukannya duo lembar. Rujukan yang asli lihat Bu ya. (lanjut suara printer)
Audio: (Setiap hari bisa ada berapa pasien Mbak?) Kalau rawat jalan 80-an. (Rawat inap?) Terkadang 42, 30. (Memang makin banyak setelah ada Jamsoskes?) Iya. (Kerasa banget atau biasa aja?) Kerasa banget..
Audio: [dari dalam loket, petugas] Artika! Langsung ke poli terpadu kamar 23, di belakang. Sudah. [dari luar loket, ortu Artika] (Anaknya sakit apa?) Mau kontrol. (Kenapa Pak?) Ya disuruh dokter control aja. (Emangnya sakit apa?) Belum, anaknya baru lahir.
Peresmian program Jamsoskes dilakukan oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin. Begitu program diresmikan, masyarakat langsung berbondong-bondong memeriksakan diri ke PUskesmas dan Rumah Sakit. Jumlah pasien meningkat tajam.
Audio: Suasana Puskesmas Merdeka
Sampai dua pekan setelah program berjalan, Puskesmas Merdeka masih merasakan melonjaknya jumlah pasien.
Audio: Suasana panggil pasien di Puskesmas Merdeka
Audio: Saat ini saya berada di Puskesmas Jl Merdeka, Palembang, Sumatera Selatan. Puskesmas ini terletak tidak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin. Sekarang pukul 11 siang, situasi masih sangat ramai. Di sebelah kiri ada loket dengan tulisan Askeskin, Jamsostek dan Askes. Sementara di seberangnya ada loket bertuliskan Loket Umum. Di bagian kaca tertempel pengumuman berisi syarat untuk mendapatkan pelayanan Jamsoskes, program berobat gratis bagi warga Sumatera Selatan.
Syarat ikut program berobat gratis ini memang mudah. Tinggal tunjukkan KTP, Kartu Keluarga atau Surat Domisili, beres. Program ini ditujukan bagi warga yang tak masuk kuota nasional Jamkesmas, atau jaminan kesehatan lain, seperti dari PT Askes atau PT Jamsostek.
Lantaran membudaknya antrean, Dokter Bobby Febriansyah sampai turun tangan meredam antusiasme warga.
Audio: Antusiasnya kan jadi lebih tinggi. Mungkin tadinya yang gatel-gatel dikit, ah nggak usah. Sekarang karena mumpung gratis. Gratisnya bukan sesaat, mau sampai kapan pun juga gratis. Jadi buat apa bondong-bondong hari ini. Mungkin besok masih gratis, lusa masih gratis, tahun depan masih gratis.
Audio: Suasana RSCM jenguk Kheiren
Kalau mau memanfaatkan program Jamsoskes ini, semua harus mengikuti prosedur yang berlaku. Pintu pertama ada di Puskesmas. Kalau Puskesmas tak sanggup, silakan minta rujukan untuk ke RS Umum tingkat Kabupaten/Kota. Kalau di sana menyerah juga, maka baru pasien akan ditangani di tiga RS Umum tingkat Provinsi. Jika tenaga dan alat terbatas, pilihan terakhir adalah menerbangkan pasien ke Jakarta.
Untuk itu, Djoni bersyukur, ia jadi membaca koran seperti yang disarankan temannya.
Audio: Kebeneran juga karena anak kita sakit, saya dikasih tau temen. Jon coba deh elu liat koran, ada program kayaknya pemerintah keluarkan. Saya liat gambar, Kepala Dinas Kesehatan Palembang Pak Zul ada kerjasama dengan RSCM. Begitu saya lihat, ah berarti kan bener.
Kheiren Zie, putri Djoni, adalah pasien pertama yang dirujuk gatis ke RS Cipto Mangunkusumo, sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional. Betul-betul gratis, tak perlu membayar sepeser pun untuk operasi jantung yang menelan biaya hingga 120-an juta rupiah.Wita hanya ibu rumah tangga, sementara Djoni hanya pegawai administrasi sebuah perusahaan tambang di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Audio: Puji Tuhan ada Jamsoskes ya. Iya, gratis, dari kami datang sampai ini, gratis semua ya.
Jamsoskes Semesta Sumatera Selatan kini menjamin 3 juta-an warga Sumsel supaya bisa berobat gatis. Ini melengkapi program jaminan kesehatan lain yang ada di sana, seperti Jamkesmas, atau yang di bawah PT Askes dan PT Jamsostek serta asuransi swasta lainnya.
Gubernur Alex Noerdin kini berani berkata,
Audio: Jadi sekarang secara teori, seluruh masyarakat Sumsel sudah dijamin kesehatannya, tidak bada lagi satu pun yang tidak.
Bagaimana cerita di balik program berobat gratis ala Sumatera Selatan ini?
Audio: Suasana panggil pasien RSMH
Audio: Pak Yanto kalo berobat di sini saja, gratis. Bawa fotokopi KTP saja. Layanannya saja, hanya gak disuntik saja, dikasih obat, diperiksa.
Audio: Nah sekarang pengobatan gratis ini belum nyoba. (Ibu tau ada program ini?) Ya. (Taunya dari mana Bu?) Tau dari orang-orang ini lah. Sekarang obat gratis kalau nggak ada Askin, bawa saja KK KTP gitu.
Audio: (Program berobat gratis? Bapak tahu?) Sudah tahu. (Tahu dari mana Pak?) Ya dari Alex ini.
Audio: Jamsostek, apa? Jamsoskes. Jamkoses. Ya itu. (Bapak tau ada program itu?) Ya tau. Masalahnya waktu pencanangan jadi gubernur kan udah dibicarain sama rakyat kayak gitu, mau diadakan berobat gratis.
Menyebut Jamsoskes kerap membuat lidah berbelit. Tak heran, warga Sumatera Selatan lebih mengenal program ini sebagai ‘Programnya Alex’, merujuk ke nama gubernur mereka. Reklame besar soal program ini dipasang di tengah ibukota Palembang, juga di jalan penghubung bandara ke pusat kota. Ini adalah bagian dari sosialisasi, termasuk 10 ribu selebaran yang dibagikan saat peresmian program.
Alex Noerdin sadar, membawa program berobat gratis ke tingkat provinsi adalah sebuah pertaruhan. Semasa menjabat sebagai Bupati Musi Banyuasin, program ini sukses besar.
Audio: Memang lebih sulit, karena wilayah cakupan lebih luas, populasi lebih banyak, tapi yang terlebih lagi harus meyakinkan 15 bupati dan walikota se-Sumsel, 15 DPRD Kabupaten dan Kota se-Sumsel, termasuk DPRD Provinsi Sumsel sendiri. Tapi ini membentuk persamaan persepsi dulu bahwa ini adalah tugas kewajiban kita meringankan beban rakyat. Dan sejak awal saya yakin tidak ada yang tidak setuju. Kalau tidak setuju, ya berhenti saja jadi walikota atau bupati.
Kerjasama antara provinsi dan kabupaten kota adalah kunci keberhasilan program Jamsoskes. Pemerintah Provinsi menyediakan 240 miliar dari kas APBD, sementara dari kas kabupaten kota terkumpul 80-an miliar, sesuai kemampuan masing-masing daerah. Kekhawatiran sempat mencuat, jangan-jangan pembangunan sektor lain terhambat lantaran duit menggelontor ke program berobat gratis.
Alex menepis keraguan itu.
Audio: Pembangunan itu bisa dilaksanakan dengan pihak ketiga dengan pola saling menguntungkan. Bisa. Saya akan coba bangun kantor gubernur yang baru tidak gunakan APBD, lagi cari caranya gimana. Kalau cuma berpikir, yah duit kita cuma segini, kalau disedot ke sini, tinggal segini, itu sudah kuno. Kalau cuma menggantungkan pada dana APBD atau APBN, nenek-nenek juga bisa, ya kan? Hahaha. Semua orang bisa. Tapi bagaimana dengan dana yang ada bisa meng-create, bisa membangkitkan potensi yang ada.
Di penjuru Sumatera Selatan, berarti ada lima macam jaminan kesehatan. PNS ditanggung PT Askes, TNI di bawah jaminan PT Asabri, sementara yang pekerja, ada tanggungan dari PT Jamsostek. Sisanya dijamin lewat Jamsoskes, kata Alex.
Audio: Mereka yang sangat miskin tidak tercover asuransi kesehatan. Yang tercover itu hanya TNI/Polri, PNS dengan Askes dsb, tapi justru rakyat yang lebih membutuhkan. PNS kan punya pekerjaan tetap, punya penghasilan tetap. Tapi mereka yang paling membutuhkan tidak punya pekerjaan tetap sehingga tidak tercover oleh asuransi kesehatan. Sedangkan mereka yang paling membutuhan, ada yang kerja sehari untuk makan sehari. Jadi kalau sakit 2 hari, keluarganya tidak makan 2 hari. Bayangkan.
Audio: Suasana panggil pasien RSMH
Data yang akurat adalah kunci kesukesan program di lapangan. Semua demi mencegah tumpang tindih klaim yang bisa berakibat pada jebolnya kas daerah. Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Zulkarnain Noerdin.
Audio: Kita sebar database di setiap tingkat pelayanan, baik Puskesmas maupun RS, masyarkaat yang dapat semua jaminan kesehatan; Jamkesmas, Jamsostek, Asabri atau lainnya. Sisanya masuk ke Jamsoskes Semesta. Dia harus punya database. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Karena nanti ada masalah klaim, klaim ke mana nantinya.
Audio: Suasana panggil pasien RSMH
Secara tidak langsung, program berobat gratis ala Sumsel ikut memicu masyarakat untuk segera punya KTP, kata Zulkarnain.
Audio: Ada hak dan kewajiban. Kalau dia ingin dapatkan pelayanan gratis, dia harus penuhi kewajiban. Ini saatnya mencerdaskan kehidupan, dia sebagai penduduk Negara harus punya identitas.
Audio: Suasana di Puskesmas Merdeka
Di saat daerah lain masih sibuk mengutak-atik anggaran, Provinsi Sumatera Selatan justru sudah melenggang dengan program berobat gratis. Seperti gula dirubung semut, Puskesmas dan Rumah Sakit disesaki warga. Tapi di masa mendatang, bukan seperti ini yang diharapkan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin dengan program Jamsoskesnya.
Audio: Dan sejalan dengan program ini juga dijalankan program preventif, perbaikan gizi, mengubah lifestyle dan sebagainya, sehingga makin lama makin mengurangi jumlah manusia yang sakit. Sehingga suatu waktu nanti, sepi tuh rumah sakit, hanya yang sakitnya berat-berat saja.
Audio: Suasana becak
Audio: Minta-minta sehat saja, jangan sakit, huehuehuhue.
Audio: Pakai fotokopi KTP saja, ya sudah, terima kasih!
[Citra Prastuti | KBR68H]
foto: KBR68H
No comments:
Post a Comment