Tuesday, January 27, 2009

Berlaga dengan Dana Cekak


Kompetisi Liga Super Indonesia tahun ini dipenuhi klub sepakbola yang kekurangan dana. Sebagian besar masih menyusu pada anggaran pemerintah daerah, meski sudah dilarang Menteri Dalam Negeri. Niatnya baik, membuat klub sepakbola lebih mandiri dan professional. Tapi klub merasa perkembangan sepakbola bisa terganggu kalau tak didukung dana daerah. Reporter KBR68H Fuad Bakhtiar menampung keluh kesah klub peserta Liga Super Indonesia berikut ini.

Audio: suasana latihan bola

Melki Pekey mengumpan bola kepada Pierre Njanka. Kaki pemain asal Kamerun itu sigap menerima umpan dan mengiring bola menuju lini pertahanan lawan. Satu – dua pemain lawan berhasil ia lewati dan … Gol!!

Audio: suasana latihan bola

Tapi, tak ada skor buat Njanka dan timnya dalam pertandingan di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan sore itu. Di stadion berharga sewa 10 juta rupiah sekali pakai itu, mereka hanya berlatih rutin antar sesama pemain Persija Jakarta.

Hampir pasti, selalu saja ada para pendukung yang setia menunggui tim kesayangan mereka. Sekretaris Umum The Jakmania, G.A. Richard Supriyanto.

Audio: The Jak kepada Persija itu melebihi seperti orang bekerja loh. Rutinitasnya, setiap agenda persija main di manapun ataupun bentuknya uji coba di luar kota, tentu mereka akan berangkat. Kalau bicara musik, tentu hanya yang bisa dijangkau. Kalau ini tidak

Untuk bisa tampil seperti harapan klub dan para pendukungnya, perlu ongkos besar. Hanya untuk sewa Stadion Utama Gelora Bung Karno, Persija mesti mengeluarkan ongkos lebih dari 110 juta rupiah sekali pakai. Padahal selama pertandingan musim Liga 2008 – 2009 ini, Persija paling tidak akan menggunakan stadion itu tujuh kali. Direktur Bisnis dan Pemasaran PT. Persija Raya Soni Sumarsono mengatakan Persija masih boros, meski belum bisa mencari uang sendiri.
Audio: komposisinya mungkin yang harus dibenahi. Tidak semuanya pemain mahal, tapi di-mix dengan pemain muda yang harganya belum begitu mahal. Kalau hanya untuk pemain saja habis sekitar 1,5 miliar setiap bulan, dan 3 miliar untuk 8 kali pertandingan dalam setahun

Di musim ini, Pemerintah Jakarta sudah menyiapkan 21 miliar rupiah untuk Persija. Soni memperkirakan, Persija membutuhkan lebih dari 30 miliar rupiah untuk membayar gaji pemain, pelatih dan keperluan lain selama semusim ini.

Masih dari ibukota negara, ada Persitara Jakarta Utara. Klub ini berada dalam ajang kompetisi yang sama dengan Persija. Tapi, kondisi keuangannya jauh berbeda.

Manajer Persitara, Harry Gendhar Ruswanto menyatakan, klubnya belum bisa hidup tanpa dana dari daerah.

Audio: karena persitara ini bukanlah tim besar dan hidup di kota administratif. Tahun 2007 – 2008 sangat tergantung pada APBD karena kota administratif beda dengan kota otonom. Yang otonom itu hanya ada di provinsi, di mana semua keputusan ada di provinsi. Jadi, tanpa APBD, mungkin persitara tidak pernah akan ada di sini
Untuk musim kompetisi ini, Persitara mendapat kucuran 15 miliar rupiah dana rakyat. Kata Harry, itu masih kurang karena Persitara membutuhkan 18 miliar rupiah untuk biaya semusim.

Menurut catatan penyelenggara kompetisi Liga Super, Badan Liga Indonesia, kebanyakan klub memang kekurangan dana. Direktur Kompetisi Liga Joko Driyono menuturkan …

Audio: sebenarnya yang porsinya bagus dalam mendapatkan income dari bisnisnya ya baru arema. Tiga yang tidak mendapatkan dana apbd adalah arema, BKT Bontang dan Pelita Jaya Audio: suasana latihan bola

Kebangkrutan klub-klub Liga Super membayang karena bakal dihentikannya bantuan dana dari APBD. Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, melarang anggaran daerah dipakai membiayai klub sepakbola.

Saat prihatin memperhatikan kondisi keuangan ke-18 klub Liga Super, Joko berandai-andai kemandirian dan prestasi klub-klub besar di benua lain, bisa segera ia temui di tanah air.

Audio: Apa yang dilakukan klub eropa, bukan hanya tropi. Tapi untung rugi. Real Madrid tidak juara liga, tapi keuntungannya tetap tinggi. Semua pemain impor harus diperhitungkan mendatangkan pendapatan tinggi. Yang perlu dihindari jika klub merasa punya uang banyak yang tidak bersumber dari bisnis, itu akan membuat trend sepakbola menjadi dirugikan

Meski sudah banyak klub yang terlilit beban keuangan, pengamat sepakbola Tondo Widodo menilai, tak perlu ada upaya penyelamatan klub dengan mengucurkan uang negara. Larangan menteri itu akan menjadi sarana seleksi alamiah klub menjadi professional.

Audio: Jujur saja, ini namanya jor-joran. Sehingga kalau pelatih atau pemain asing mengatakan harganya 1,5 miliar, itu membuat harga pemain nasional dan local naik karena mereka tidak mau kalah. Ada persoalan lain ketika dana APBD masih digunakan untuk membiayai klub ini, terjadi hal-hal tidak benar. Ketika anda dikontrak 500 juta, tapi anda hanya menerima 250 juta. Itu tidak benar dan peristiwa ini benar terjadi. Sudah tepat kalau pemerintah menghentikan dana apbd untuk klub

Menurut Tondo Widodo, jika ada 10 klub saja yang bisa bertahan dalam liga tertinggi ini, sudah bagus.

Audio: suasana latihan bola

Tahun ini menjadi batas terakhir pemerintah daerah boleh mengucurkan dana kepada klub sepakbola peserta Liga Super Indonesia. Jadi, tidak ada cara lain bagi klub yang masih ingin berkompetisi kecuali dengan mencari uang sendiri.

Persija Jakarta berusaha percaya diri menghadapi situasi itu.

Audio: kondisi harga pasar pemain, itu yang harus kita sesuaikan dengan kemampuan pasar karena harga pemain saat ini sudah melambung sangat tinggi. Nanti tentunya membutuhkan koreksi pasar untuk mendapatkan harga yang layak

Begitulah cara Direktur Bisnis dan Keuangan Persija Sonny Soemarsono hendak membenahi pengelolaan anggaran klubnya bila kucuran dana dari APBD dihentikan.

Selain memperketat pengeluaran, kata Sonny Soemarsono, Persija juga sudah berhitung soal potensi pemasukan. Misalnya, supaya bisa memenuhi 40 persen biaya operasional klub dari hasil penjualan tiket.

Audio: trus sponsorship bisa mencapai 35 persen juga, kemudian dari merchandise dan benefit-benefit lain mencapai 30 persen. Tapi, yang pertama yang bisa kita raih dari ticketing

Sampai kini, Persija masih merugi secara bisnis. Tapi, Sonny optmistis, perusahaan sudah menyiapkan cara meraup untung, kapan pun aliran dana dari APBD Jakarta dihentikan. Apalagi, saat ini sudah ada sejumlah sponsor yang mau membiayai Persija di musim depan.

Tapi, Sonny melupakan satu hal, The Jakmania. Sekretaris Umum Persija Jakarta, G.A Richard Supriyanto menuturkan bisnis Persija akan lebih tangguh andai mau melibatkan sekitar 35 ribu pendukungnya.

Audio: kita sudah coba membangun potensi sejak tahun lalu, namun persoalannya pihak PT tidak bisa melibatkan supporter dalam mengelola merchandise Audio: suasana pertandingan Liga Super

Rekan sekota Persija, Persitara Jakarta Utara, punya persiapan sendiri. Misalnya dengan mengubah nama menjadi Batavia FC di 2009 ini. Tujuanya untuk meningkatkan ketenaran klub. Selama ini, orang lebih mengidentikkan klub sepakbola milik warga Jakarta adalah Persija dan bukan Persitara.

Manajer Persitara Harry Ruswanto mengatakan, Persitara juga berpeluang mendapatkan banyak sponsor, asalkan Pemerintah Jakarta dan Badan Liga selaku penyelenggara bisa mengubah kebijakan periklanan.
Audio: terus terang ajah, untuk mencari sponsor, kadang-kadang mereka menanyakan, saya mau mensponsori kamu berapa M, tapi saya minta reklame. Kita tidak bisa di jakarta utara minta reklame dengan ukuran sesuai kemauan sponsor. Ukuran reklame jakarta utara hanya 4 x 6 meter. Nah untuk baliho besar, semuanya ada di pemerintah provinsi.

Itu baru cara mencari pemasukan rutin bagi klub. Aturan lain yang membelit klub peserta Liga Super Indonesia yang mulai bergulira tahun lalu ini adalah aturan dari Badan Liga Indonesia. Misalnya, keharusan menyerahkan deposit minimal 5 miliar rupiah dan bisa menyediakan stadion yang aman dan nyaman.

Audio: suasana stadion

Di gelaran Liga Super edisi perdana ini, Badan Liga juga mengharuskan klub memenuhi tiga syarat lain. Yakni, mempunyai sistem yang menunjang peningkatan sportivitas pemain, berbadan hukum dan manajemen klub secara profesional, mulai dari kualitas pelatih hingga para pejabat administratifnya.

Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono berpendapat klub tak semestinya mengeluhkan aturan itu karena itulah syarat yang bisa membuat klub menjadi professional dan mandiri.

Audio: kita akan create sedmikian rupa agar sepakbola bukan hanya sekedar beban, tapi peluang karena di sana ada bisnis. Nah karenanya lambat laut BLI sebenarnya BLI punya planning dua tahap, 2012 memperbaiki seluruh infrastruktur kompetisi, stadion dan internal BLI seperti wasit. Endingnya pada 2018, beberapa klub sudah menikmati keuntungan

Pemerhati masalah sepakbola, Tondo Widodo menilai, klub keteteran mengikuti aturan liga karena masih hidup dengan tradisi belanja, belanja, belanja. Tapi klub tak pernah bertanya, uangnya dari mana?
Audio: tapi mereka itu rata-rata berbadan tinggi besar, larinya cepat, menakutkan karena item-item hehe .. tapi tidak dapat mengangkat kualitas klub itu sendiri. Walhasil hanya membuang-buang saja. Nah itu harus dihentikan. Sampai kapanpun kompetisi BLI ini tidak akan bermuara pada pembentukan tim nasional yang baik karena kualitas para pemainnya tidak teruji karena posisi-posisi pentingnya ditempati orang asing

Tondo yakin, Liga Super Indonesia akan menumbuhkan iklim sepakbola yang profesional di negeri ini bila kucuran dana APBD dihentikan.

Selalu ada harapan jika klub mau bekerja keras dan belajar membenahi diri. Misalnya dengan mengoptimalkan prinsip-prinsip pemasaran sebuah produk. Pengamat bisnis olahraga Fritz Simanjuntak mengatakan, peluang bisnis tak cuma dari penjualan tiket, cinderamata dan penyewaan stadion serta jual beli pemain. Kata Fritz, pilihan nama yang menjual juga ikut menentukan.

Audio: Saya sarankan ubahlah nama dari sebuah persitara jakarta utara, bagian dari persija, seolah-olah. Buatlah branding. Saya ndak tahu apa yang terkenal di jakarta utara. Contohnya Los Angeles menjadi LA Lakers. Chicago bulls. Jadi namanya dijadikan branding. Audio: suasana pertandingan bola

Putaran kedua Liga Super Indonesia sudah dimulai sejak hari Sabtu lalu. Kompetisi yang bakal berakhir Juni nanti, akan menjadi arena menunjukkan jati diri, tak cuma urusan jumlah gol terbanyak dan posisi klasemen puncak, tapi juga kemampuan mengumpulkan dana untuk menghidupi diri.


[Fuad Bakhtiar | KBR68H]


foto: www.bolanova.com

No comments:

Post a Comment