Friday, January 23, 2009

Gebrak Malaria ala Banjarnegara


Kalau mau berguru soal malaria, datanglah ke Banjarnegara, Jawa Tengah. Warga dan pemerintah daerah setempat sudah membuktikan kalau malaria bisa dilawan dengan beragam jurus. Banjarnegara yang duluna sarang malaria, kini angka kasus malaria hampir nol. Kuncinya adalah bersama-sama menjalankan program ‘Gebrak Malaria’. Sambil menikmati salak manis khas Banjarnegara, Reporter KBR68H Humto Jaya Marbun berguru ilmu tangkal malaria di sana.

Audio: Suasana Desa Limbangan Banjarnegara

Banjarnegara, Jawa Tengah dikenal sebagai sarang malaria. Itu dulu. Sekarang, kondisinya berubah total.

Misalnya Desa Limbangan, Madukara, sudah dua tahun ini sejak 2007 lalu, bersih dari catatan penyakit malaria. Lembar buram malaria di Limbangan terjadi pada 2003 silam, saat 20-an warga dari 80 Kepala Keluarga terserang malaria. Ketika itu, di penjuru Banjarnegara, ribuan orang juga terkena malaria. Karena itu, dua tahun tanpa malaria, bagi Kepala Desa Limbangan Turjono, adalah prestasi. Tahun 2003, ada 20-an orang dinyatakan malaria, sementara tahun 2006, hanya ada satu kasus.

Ini hasil kerja keras seluruh warga desa, kata Turjono.

Audio: Dulu, memang tahun 2003, Desa Limbangan salah satu desa basis malaria. Banyak sekali yang kena malaria. Sampai akhir Desember 2003 ada 20-an orang kena malaria.

Penyebab malaria di Desa Limbangan adalah perkampungan kumuh dan kebun salak milik warga. Sejauh mata memandang di Limbangan, hamparan perkebunan salak tampak jelas. Tak ada yang salah dengan memiliki kebun salak. Tapi yang jadi gara-gara malaria adalah kebun tak dilengkapi system irigasi yang baik, sehingga air menggenang. Ini jadi lokasi empuk bagi nyamuk aedes agyptie bertelur.

Audio: Setelah ditemukan malaria, bersama Dinas Kesehatan, untuk upayakan penurunan. Akhirnya, 2004 menurun, 2005- sampai sekarang tidak ada kasus. Tidak ada yang meninggal. Tapi dirawat intensif di rumah sakit. Selainnya dirawat JMD.

Perlahan, Turjono mengajak warga berperang melawan malaria. Sasaran pertama adalah kebun salak, supaya tak lagi jadi sarang nyamuk.

Audio: Dulu, memang pemukiman di sini kumuh dan karena banyak tanaman salak jadi sarang nyamuk.

Kebun salak yang ditanam tanpa aturan membuat nyamuk berkembang biak di Limbangan. Jarak pohon per pohon tidak diperhatikan sehingga warga tidak sadar perkebunan mereka sudah menjadi sarang nyamuk. Saking banyaknya pohon salak, sulit menembus perkebunan untuk membersihkannya secara rutin. Kebun salak diurus hanya pas panen saja.

Jalan tengahnya, Turjono meminta warganya mengurangi penanaman pohon salak demi merenggangkan jarak antar pohon. Dengan begitu, jadi lebih mudah untuk merapikan bagian dalam kebun. Menghalau sarang nyamuk yang mungkin ada.

Audio: Suasana Desa Limbangan

Setelah rampung dengan kebun salak, perang melawan malaria dilanjutkan dengan membangun Pos Malaria Desa atau PMD. Di Desa Limbangan dibangun tiga pos, masing-masing diisi lima orang. Mereka disebut sebagai Juru dan Kader Malaria Desa.

Audio: Kita kerja sama dengan para kader malaria. Kita bikin pos malaria desa di tiga titik. Setiap pos ada kader sukarela. Masyarakat yang kena malaria, ada gejalanya ambil darahnya di PMD. Ditempati kader-kader malaria.
Apa beda Juru Malaria Desa, JMD, dengan Kader Malaria Desa?

Audio: JMD dari Puskemas. PTT. Tapi kalau kader dari desa yang tidak ada bayarannya. Tugas kader: beri penyuluhan, ambil darah orang yang kena gejala. Beri obat yang positif terkena malaria. Kalau tiga hari belum sembuh dirujuk ke rumah sakit.

Suparni adalah salah satu Kader Malaria Desa. Tanpa digaji, Suparni sukarela memeriksa orang, terutama anak-anak, yang dicurigai terserang malaria. Honor baru ada kalau mengikuti pelatihan yang digelar Dinas Kesehatan Banjarnegara. Sayang, tidak banyak yang berminat menjadi kader malaria.

Audio: Tidak pakai pendaftaran. Ditunjuk. Sukar. Susah. Kayak gajian. Masih banyak belum sadar diri. Honor tidak ada. Tapi kalau ada pelatihan ada dikasih duit honor.

Sebagai kader malaria, ada saja halangan yang dihadapi. Salah satu yang paling sulit adalah mengecek malaria di keluarga kaya. Kata Suparni, mereka gengsi kalau dinyatakan positif malaria.

Audio: Dikatakan susah, nggak susah. Dikatakan mudah, enggak. Umpamanya, kalau ada yang sakit orang kaya atau pintar, agak takut. Paling saya bilang ke kader lain, itu mungkin malaria. Orang kaya atau orang pintar itu gengsi kalau ada anggota keluarganya yang kena malaria.
Audio: Suasana SD Limbangan

Anak-anak pun dilibatkan dalam aksi memberantas malaria, yaitu lewat dokter cilik. Datang saja ke SD Limbangan kalau curiga kena malaria. Di Unit Kesehatan Sekolah, UKS, ada Atun, Isna dan Firda, siswa kelas 5 SD, yang siap menyambut. Ada juga Andre dan Dini yang sudah kelas 6. Di UKS, mereka belajar tentang berbagai macam penyakit, termasuk malaria. Dari sini pula mereka belajar soal pentingnya hidup sehat, langkah awal melawan malaria.

Audio: Mengajak teman untuk hidup sehat, contohnya membersihkan lingkungan sekolah dan pribadi meliputi badan, menggosok gigi, memotong kuku, bersih pakaian dan makanan.

Mereka berlima seperti dokter. Setiap teman yang datang ke Klinik UKS akan diperiksa. Jika sepintas terlihat tanda-tanda malaria, maka mereka mengambil sampel darah. Kecil-kecil begini, mereka sudah bisa menyuntik untuk ambil darah lho. Darah itu kemudian diserahkan kepada Juru Malaria Desa unuk diperiksa lebih detil.

Audio: Di UKS berlima. Pagi belajar seperti biasa. Pelajaran selesai dulu baru ke uks. Yang ngajari ibu guru. Diajari soal TBC, demam berdarah, influenza, malaria. Tetangga saya pernah kena malaria. Trus diambil darahnya untuk dilaporkan ke JMD.

Bersama Juru Malaria Desa, dokter cilik ini jadi pertolongan pertama bagi masyarakat, kata Nurhayati, guru Dini dan kawan-kawan.
Audio: Dokter kecil dibantu JMD. Kalau dokter kecil menemukan kasus maka akan melapor ke JMD untuk selanjutnya dirujuk ke Puskesmas.

Ini baru sekelumit program Gebrak Malaria Desa yang dicanangkan pada 2003 lalu oleh Pemerintah Daerah Banjarnegara. Apalagi langkah yang dilakukan Pemda setempat?
Audio: Lagu Jawa

Malaria adalah sejarah kelam bagi Desa Limbangan, Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada 2003 lalu, malaria menyerbu Banjarnegara. Lebih dari 200 desa di sana terjangkit penyakit ini, korban mencapai 10 ribu orang. Rumah sakit tak sanggup menampung pasien malaria yang membludak, apalagi Puskesmas yang kapasitasnya terbatas.

Audio: Lagu Jawa

Panglima perang dimainkan langsung oleh Bupati Banjarnegara, Djasri. Beberapa program dirancang demi menghilangkan malaria dari bumi Banjarnegara.

Gerakan Jumat Bersih digalakkan. Siswa sekolah hingga pegawai kantor pemerintah diwajibkan ikut bersih-bersih setiap Jumat pagi hingga jelang tengah hari. Anggaran daerah pun dialokasikan untuk penanganan malaria. Mulai dari beli obat, penyuluhan juru dan kader malaria sampai pengasapan lingkungan rumah serta kebun salak milik warga. Tujuannya satu: menyingkirkan nyamuk aedes agyptie penyebab malaria.

Audio: Inilah kiprah Kabupaten Banjarnegara yang tahun 2003 puncak kasus. Ribuan rakyat saya terkena malaria. Kemudian kita sepakat perang malaria. Namanya perang habis-habisan. Dari siswa sampai masyarakat terlibat. Kerja bakti terus menerus membersihkan lingkungan. Apbd juga mendampingi gebrak malaria.

Audio: Suasana SD Limbangan

Kesadaran terhadap malaria ini harus terus dipupuk dan diteruskan antar generasi, supaya Banjarnegara tak perlu lagi membuka lembar kelam malaria. Karena itulah anak-anak sekolah jadi sasaran kampanye yang tepat.

Salah satunya dengan menerbitkan buku malaria. Buku umum berukuran sedang ini berisi pengenalan dan upaya pengendalian malaria di Banjarnegara. Buku berisi kiat-kiat terhindar dari malaria. Termasuk cara-cara pertolongan pertama terhadap penderita malaria. Sejak 2008, juga ada Jurusan Malarologi di Kampus Politeknik Banjaregara, khusus belajar soal malaria di Banjarnegara.

Audio: Sehingga pelajaran yang mahal ini kita bukukan. Sekarang kita buka politeknik jurusan malarologi. Khususnya, malaria. Di dunia, hanya banjarnegara yang punya itu. Hehehe. Audio: Suasana anak-anak Banjarnegara

Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara Yusri Husein mengatakan, mereka menggelar berbagai lomba untuk memacu anak sekolah memberantas malaria. Misalnya, lomba paduan suara anti malaria, lomba cerdas cermat malaria, lomba dokter kecil dan Unit Kesehatan Sekolah malaria. Lomba digelar untuk anak SD hingga SMA.

Audio: UKS dan dokter kecil. Sekolah sehat kita lombakan. Selalu kita lakukan setiap tahun yang mana muatan lokal di lomba inilah kita beri materi itu. Lomba koor berantas malaria. Ini media promosi untuk sekolah supaya tahu apa itu malaria.

Yang juga unik dari Banjarnegara adalah memasukkan pelajaran soal malaria dalam muatan lokal kurikulum sekolah. (Pelajaran ini namanya khusus Malaria. Setara nama pelajaran lainnya seperti Olahraga, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, Agama, dll)

Audio: Guru pun sudah kita latih cara ambil darah. Sehingga guru langsung lapor ke JMD atau ke puskesman. Apa positif malaria atau tidak. Kalau setiap pemeriksaan itu biasanya diberikan obat sementara, kalau positif baru diobati.

Audio: Suasana Desa Limbangan Banjarnegara

Senjata pamungkas yang masih dipakai sampai sekarang adalah kelambu. Ini adalah penangkal paling mudah dan murah bagi warga Banjarnegara untuk terhindar dari serangan nyamuk malaria. Semua rumah penduduk wajib dilengkapi kelambu. Kalau ada yang tak mampu beli kelambu, pemerintah daerah siap membantu.

Audio: Untuk hindari kontak nyamuk. Ada dana dari APBD untuk pengadaan kelambu. Di dinas kesehatan, di gudang, masih ada stok kelambu. kalau di daerah yang kita programkan, ternyata semua program ini nggak bisa, terakhir, kelambu inilah yang kita serahkan.
Audio: Suasana Desa Limbangan Banjarnegara

Kini perang berhasil dimenangkan warga Banjarnegara. Memang, kadang masih ada saja yang tumbang gara-gara malaria. Tapi Bupati Banjarnegara Djasri memastikan, angka kasus malaria sudah turun drastic sejak program Gebrak Malaria dijalankan.

Audio: Tugas kita menjaga meningkatkan supaya tidak muncul lagi malaria. 0,18 per seribu, sekarang kasusnya seperti itu. Dan itu tidak murni dari banjarnegara. Ada juga yang bekerja di luar daerah, ke sini malah datang membawa malaria.

Lembar sejarah malaria sudah ditutup. Masyarakat Banjarnegara sudah berhasil diajak hidup bersih, sebagai langkah pertama menghadang malaria. Kini tinggal putar otak bagaimana menangkal malaria yang datang dari daerah lain.
Audio: Suasana Desa Limbangan Banjarnegara


[Humto Jaya Marbun |KBR68H]


foto: www.geocities.com

No comments:

Post a Comment