Friday, January 30, 2009
PIM Dibangun, Trowulan Dirusak
Daerah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, selama ini diyakini para arkeolog sebagai bekas Kerajaan Majapahit. Dua bulan lalu, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan pembangunan Pusat Informasi Majapahit, PIM, di sana. Baru tahap awal pembangunannya, proyek PIM sudah menuai protes dan keprihatinan. Pasalnya, situs Trowulan justu rusak akibat pembangunan PIM. Mega proyek senilai 200 miliar rupiah ini akhirnya dihentikan pembangunannya demi menghindari pengrusakan lebih parah. Kontributor KBR68H Didi Syahputra mencari tahu kisruh di balik pembangunan Pusat Informasi Majapahit.
Tanah seluas dua kali lapangan sepakbola di samping Museum Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, rapat dipagar bambu, berdinding lembaran seng. Ada empat papan pengumuman dipasang mengelilingi lokasi. ‘Selain yang berkepentingan dilarang masuk’, begitu tertulis di sana.
Markaban menerobos masuk pagar, penasaran.
Di dalam pagar, terlihat puluhan lubang menganga dan gundukan tanah setinggi bahu orang dewasa. Semua bercampur dengan potongan batu bata kuno, serpihan keramik, tembikar serta batu andesit berukir warna hitam. Sebagian dari lubang menganga itu sudah berisi tiang pancang dari beton. Ini adalah lokasi pembangunan Pusat Informasi Majapahit. Tanah yang dibongkar adalah bumi Trowulan, bekas situs Kerajaan Majapahit.
Audio: ( Saya ngenes ( trenyuh ) gitu lo. Mestinya kalo sudah dilakukan kajian lagi, diteliti, proyek kan harus tunggu dulu. Andai saja proyek tidak dilanjutkan pada tanggal 5 itu, mungkin tidak separah ini )
3 November 2008, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik hadir di lokasi, meletakkan batu pertama. Pembangunan Pusat Informasi Majapahit segera dimulai. Jero Wacik berucap, ini adalah proyek pemerintah pusat yang bertujuan menyatukan situs-situs peninggalan ibukota Majapahit. Konsep yang dipilih adalah ‘taman terpadu’, demi menyelamatkan benda cagar budaya dari kerusakan. Kelak, diharapkan turis lokal dan asing bakal berdatangan.
Sayangnya, proyek pembangunan justru memakan korban situs itu sendiri. Tanah digali secara sembrono, sehingga peninggalan dari berabad silam malah jadi korban vandalisme. Arkeolog dan pemerhati budaya berteriak, pembangunan Pusat Informasi Majapahit ini harus berhenti karena merusak situs bersejarah. Anam Anis, dari kelompok pemerhati budaya Majapahit ‘Gotrah Wilwatikta’.
Audio: ( Kerusakan itu kan nampak sekali. Semua orang melihat dan membahas tentang fakta itu dan rata rata sudah berkesimpulan bahwa saat itu telah terjadi kerusakan berat. Maka muncul usulan untuk relokasi dan rehabilitasi )
Pembangunan Pusat Informasi Majapahit di Trowulan juga sangat tertutup. Tanpa Izin Mendirikan Bangunan IMB, megaproyek yang didanai APBN sebesar 200 miliar rupiah ini juga tak disertai pemasangan papan proyek. Padahal ini penting bagi publik untuk mengetahui apa yang terjadi di balik pagar. Ketua Komisi IV DPRD Mojokerto Ahmad Yazid Qohar menilai, pembangunan Pusat Informasi Majapahit sangat dipaksakan.
Audio: ( Sikap daerah ini hampir tidak ada sama sekali ya. Dari bidang regulasi itu hampir tidak ada, karena apa, karena sudah ditangani BP3 yang itu merupakan urusan Pusat. Nah… ketika penggalian PIM ini, nggak ada IMB-nya, nggak ada izin prinsipnya, itu bisa terus jalan. Alasan mereka, kita hanya melayani dari pemerintah pusat saja. Nah ini kan sama sekali tidak memiliki sense of belonging terhadap keberadaan situs situs berharga di Kabupaten Mojokerto )
Pimpinan proyek pembangunan Taman Majaphit, Aris Soviyani, kini sudah dimutasi. Ia bersikeras, tak ada pelanggaran UU Cagar Budaya dari pembangunan Pusat Informasi Majapahit. Penggalian fondasi pun dilakukan dengan memperhatikan kaidah arkeologi, kata Aris. Ia mengakui ada bagian situs yang rusak, tapi menurut Aris, itu bukan bagian penting.
Karena itu, bagi Aris, proyek ini mesti jalan terus. Menurut rencana, Pusat Informasi Majapahit akan diresmikan Presiden Yudhoyono menjelang Pemilu 2009. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik membantah. Kata dia, di atas kertas, PIM akan selesai pada 2012.
Audio: ( Tahun ini 2009, anggaran kita untuk mendanai proyek itu, Taman Majapahit itu 3 milyar. Harapan saya, kalau ini lancar tahun 2010 ditambah lagi barangkali sekitar 10 milyar. Kalau sudah mulai kelihatan bentuknya, kan orang sudah mulai percaya kalau kita akan membuat sesuatu, 2011 kita tambah lagi 10 milyar lagi. Jadi kira kira tahun 2012 bisa selesai. Jadi kalau dikatakan untuk ngejar Pemilu yang pasti enggak lah ya, karena uangnya saja nggak ada. Bagaimana ngejar Pemilu ??? )
Terlepas dari soal itu, pembangunan Pusat Informasi Majapahit membuat berang arkeolog karena telah terjadi perusakan situs purbakala yang tak ternilai. Pembangunan PIM pun dihentikan sementara demi menghindari pro-kontra. Pemerintah juga mengakui, telah terjadi kekeliruan dan kecerobohan dalam proses penggalian, sehingga ada situs bersejarah yang rusak.
Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden Bambang Gambiro mengatakan, pilihan mengerucut ke dua hal. Pertama, mendesain ulang Pusat Informasi Majapahit, yaitu tanpa fondasi sehingga tidak merusak situs. Kedua, memindahkan proyek ini ke tempat lain, sekaligus melengkapi perizinan pengerjaan proyek.
Keputusan akhirnya adalah menghentikan pembangunan PIM, Pusat Informasi Majapahit.
Audio: ( Keputusannya kan dihentikan sekarang ini. Dihentikan sementara untuk melihat perlu tidaknya relokasi itu. Kan perlu dikaji. Makanya kalo nanti mau merelokasi atau apapun istilahnya, setelah review ya harus semua prosedur itu dipenuhi, ada amdalnya ada IMB-nya. Prosedur itukan normal. Dikaji ulang secara perlahan lahan ya to ?, mengikuti prosedur pembangunan yang benar. Kan ada prosedurnya … bagaimana begitu ).
Untuk relokasi, sudah ada sejumlah tawaran lokasi baru. Lucky Ranuwijaya, pemerhati budaya Majapahit dari Sanggar Lung Ayu Jombang mengatakan, Pusat Informasi Majapahit tidak harus didirikan persis di atas situs Trowulan. Apalagi, wilayah Kerajaan Majapahit terbentang luas, dari Mojokerto hingga Jombang.
Audio: ( Kenapa harus dipaksakan di Trowulan. Sementara dari batas kewilayahan ibukota Majapahit itu kan mencapai 9 kali 11 kilometer persegi. Bahwa wilayah Majapait itu masih sangat banyak yang diluar Trowulan, dan itu bisa didirikan Pusat Informasi Majapahit. Jadi tidak harus didirikan di Trowulan. Berdasarkan eskavasi penggalian yang dulu dilakukan oleh Bang Rangkuti dari Yogya, menunjukkan bahwa di Jombang sendiri ada sekitar 24 desa yang masuk dalam wilayah ibukota kerajaan Majapahit. Kenapa ha itu tidak menjadi acuan ??? )
Tapi Direktur Peninggalan Purbakala Suroso berpendapat lain. Pusat Informasi Trowulan tidak ada artinya jika tidak dibangun di Trowulan. Kata Suroso, Majapahit adalah Trowulan, bukan tempat lain.
Karena itu ia meminta masyarakat tak khawatir berlebihan dengan pembangunan PIM. Penggalian, kata Suroso, tidak akan lebih dari 50 sentimeter di bawah permukaan rumput agar lapisan masa silam itu terkuak. Kelak, di atas tanah akan dibangun replika dari bekas kerajaan yang selama ini terkubur. Batu bata kuno yang diangkat, sebagian telah disusun rapi. Kelak akan dirangkai membentuk pola fondasi bangunan, dinding, pelataran dan sisi luar sumur tua.
Kata Suroso, dengan begitu, setelah lebih dari 5 abad terkubur, sisa-sisa ibukota Kerajaan Majapahit bisa dinikmati masyarakat luas.
Audio: ( Situsnya itu kita buka, kemudian kita tutup, seperti hanggar gitu ya ? ditudungi gitu. Kan nggak ada yang rusak, ditampakkan. Nanti diatasnya kita tutup pake kaca, sehingga orang bisa jalan sambil melihat itu ).
Tapi pemerintah pusat sudah memutuskan untuk merehabilitasi dan merelokasi pembangunan Pusat Informasi Majapahit. Sebelum kerusakan bertambah parah.
Pembangunan Pusat Informasi Majapahit yang diduga merusak situs purbakala kini mulai masuk ke wilayah polisi. Kepala Kepolisian Jawa Timur Herman Sumawireja mengatakan, penelusuran awal kasus ini menemukan terjadinya kesalahan teknis penggalian lokasi proyek sehingga terjadi kerusakan sejumlah situs penting.
Diperkirakan ada dua pasal yang dilanggar dari UU tentang Cagar Budaya, juga pasal 406 KUHP soal perusakan benda milik orang lain. Sejauh ini belum ada tersangka yang ditetapkan. Polisi masih membutuhkan keterangan dari saksi ahli seperti arkeolog untuk meneruskan penyelidikan.
Audio: ( Sekarang kita masih dalam tahap penyelidikan, sampai saat ini kita masih beum menemukan pelanggaran – pelanggaran pidananya. Kaarena menurut mereka juga pada waktu perencanaa itu juga melibatkan para arkeolog. Kan saksi ahlinya juga dari mereka, dari arkeolog, arkeolog mengatakan selama ini enggak selama ini sudah berunding sama kita kok. Laporan dari Polres sudah, kitajuga sudah turun , jadi selama ini masih belum kita temukan pelanggaran pidananya)
Penggalian sembrono di area situs Trowulan bagi para arkeolog dianggap sebagai penghinaan sejarah Anam Anis, dari kelompok pemerhati budaya Majapahit ‘Gotrah Wilwatikta’, mengatakan Trowulan punya arti yang sangat istimewa secara arkeologis. Situs ini adalah satu-satunya peningalan purbakala berbentuk kota, dari era kerajaan kuno antara abad 5 sampai 15 Masehi.
Peninggalan berwujud kota, tambah Anam, penting untuk mempelajari lanskap urban ratusan tahun silam. Ibaratnya begini, kata Anam. Jika Yunani punya Acropolis, Italia menyimpan reruntuhan Pompeii, sementara Kamboja bangga dengan Angkor dan Peru setia merawat Machu Picchu, Indonesia semestinya melestarikan Trowulan.
Karena itu, Anam dan kelompok Gotrah Wilwatikta mendukung upaya polisi menyelidiki kasus penggalian situs Trowulan.
Audio: ( Lha disinilah pentingnya pendekatan hukum cagar budaya. Sehingga semua bisa melihat bahwa pengrusakan situs itu masih merupakan pelanggaran yang harus ditindakanjuti. Mosok Majapahit kerajaan besar bekasnya dihancurkan awake dewe meneng wae mas ?. Struktur batu bata yang didalamnya itu macam macam mas, ada lantai ada saluran air. Lha … itu kalau dibuka, diungkap wooo…betapa hebatnya itu. Dan dari situ tentu kita akan dapat melihat bangsa kita dimasa lalu membuat rumah saja sudah memperhatikan lingkungan, sanitasi, pengaturan tata ruangnya sudah bagus… ).
Tapi jauh sebelum penggalian situs Trowulan, area ini sudah bopeng di sana sini. Data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menunjukkan, setiap tahun sekitar 6 hektar lahan situs Trowulan rusak. Warga setempat menggali tanah untuk membuat batu bata. Sembari menggali, warga juga berharap bisa menemukan benda-benda purbakala untuk dijual secara ilegal.
Arkeolog dari Universitas Indonesia Irmawati Johan mengatakan, pengrusakan situs Trowulan ini harus dihentikan, baik yang dilakukan Pusat Informasi Majapahit maupun warga dengan membuat batu bata. Menurut Irmawati, kerusakan akibat penggalian untuk membuat batu bata jauh lebih hebat dibandingkan pembuatan PIM. Sayangnya, tak pernah ada solusi maupun pencegahan.
Audio: (Penelitian terakhir Puslitbang Pariwisata dan Kebudayaan itu mengatakan, bahwa 1 tahun itu tanah 6 hektar tanah habis untuk digali. Jadi mas bisa bayangkan seperti apa kerusakan yang terjadi disini. Jadi memang kita berlomba, berlomba cepat harus berlomba cepat. Tapi balik lagi, biaya untuk peneltian seperti ini kan besar mas, besar sekali. Seperti contohnya ini ya, itu tanah yang didepan, itu milik orang kaya disini. Tanah itu dihabiskan. Dia mau buat batu bata, dia hancurkan permukaannya, pake buldoser mas, anda bisa bayangkan itu …… )
Ketua Komisi IV DPRD Mojokerto Ahmad Yazid Qohar mengatakan, kesadaran masyarakat Trowulan menjaga situs dan benda purbakala sebetulnya cukup tinggi. Namun, ini tak diimbangi dengan penghargaan setimpal dari pemerintah maupun Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, BP3, Jawa Timur. BP3 yang harusnya jadi benteng akhir pelestari benda purbakala, lebih banyak berfungsi sebagai petugas pencatat temuan bersejarah, bukannya melestarikan.
Audio: ( Jadi kalau mereka menemukan situs sebenarnya sudah lapor pada BP3, cuma oleh BP3 kemudian hanya didatangi, dicatat kadang hanya difoto, setelah itu 2-3 hari kemudian didatangi lagi diminta untuk dirapikan, nah… itupun tidak ada penghargaan sama sekali. Mereka hanya dikasih uang 20 atau 30 ribu untuk 2 atau 3 orang. Sehingga masyarakat akhirnya males. Jadi sebenarnya kepedulian masyarakat sudah ada, hanya kesungguhan baik dari BP3 dan pemerintah daerah dalam menindaklanjuti temuan temuan masyarakat itu. Sebenarnya sudah banyak masyarakat yang sadar pak)
Kini kesadaran baru tengah digalang, untuk bersama-sama mencegah pembangunan Pusat Informasi Majapahit yang merusak situs purbakala. Yang sudah merapatkan barisan diantaranya kelompok pemerhati budaya Majapahit, Gotrah Wilwatika, tim evaluasi pembangunan Pusat Informasi Majapahit serta sejumlah budayawan.
Arkeolog Agus Aris Munandar.
Audio: ( Para pendiri Majapahit itu sangat faham dengan lingkungan, sangat arif dengan lingkungan. Maka dipilihlah lokasi yang sangat baik diantara 2 sungai kecil kecil sumber air yang tidak pernah putus, Trowulan itu sampai saat ini meski dalam kondisi musim kering sekalipun tidak pernah kekurangan air. Tapi pada masa kemudian anak keturunannya itu ribut saja karena masalah internal, penataan jadi berantakan… )
Kini dinding sumur kuno, gerabah dan pelataran rumah kuno sudah teronggok jadi serpihan, bercampur dengan tanah liat. Di tempat lainnya, batu bata kuno ukuran besar berwarna kehitaman peninggalan zaman Majapahit, dibiarkan terserak begitu saja. Fondasi dari campuran batu kali dan semen berdiri di atas parit galian di situs bersejarah ini. Tiang-tiang beton juga sudah berdiri.
Budayawan Slamet Rahardjo.
Audio: ( Siapa yang nggak malu jadi orang Indonesia hari ini. Jadi orang Indonesia saat ini sangat malu. Seolah olah makhluk tanpa sejarah. Makhluk tanpa kejelasan sikap. Makhluk tanpa pola pikir. Segala macam kebebasan tanpa batas itu akan dimarai oleh budaya Budaya yang akan mengingatkan kita…….. )
[Didi Syahputra |KBR68H]
foto: commons.wikimedia.org
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment