Tuesday, February 3, 2009
Taman Baca Gratis
Di negeri ini, buku masih barang mahal. Akibatnya, angka buta aksara pun ikut tinggi. Hingga Agustus 2008 saja, masih ada 11.8 juta penduduk Indonesia yang tak bisa baca. Makin mahalnya harga buku membuat akses terhadap buku makin sulit. Di tengah kondisi sulit seperti ini, kehadiran taman bacaan gratis menjadi berkah. Wawasan bisa diperluas tanpa keluar uang. Reporter KBR68H Mustakim berkunjung ke sejumlah taman bacaan di Jakarta.
Audio: Suasana Manggarai
Kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, adalah daerah padat penduduk. Rumah penduduk tampak berhimpit dan berjejal. Setengah jam saya mencari di mana Taman Bacaan Zhaffa, melewati sejumlah gang sempit yang dipenuhi warga yang beraktivititas.
Taman Bacaan ini menempati sebuah rumah mungil. Di depannya, tak ada plang penanda apa pun. Tapi Anda akan tahu kalau Anda tidak tersesat jika melihat apa yang ada di teras. Di sana banyak rak, masing-masing disesaki buku. Tampak puluhan anak usia 6 sampai 13 tahun yang bergerombol, semuanya asik membaca.
Audio: Suasana taman baca zaffa
Berawal dari keprihatinan, Yudi Hartanto mendirikan Taman Bacaan Zhaffa pada Agustus 2008.
Audio: Alasannya sederhana untuk menyediakan akses bacaan gratis kepada lingkungan terutama mungkin rasa sosial saya kepada masyarakat dan rasa kepedulian kami di lingkungan untuk menyediakan taman bacaan gratis ini.
Di lingkungan sekitar Yudi masih banyak warga yang tak bisa baca karena tak mampu beli buku.
Audio: Sampai saat ini memang di lingkungan mangarai memang menengah ke bawah lebih banyak lagi menengah ke bawah mereka yang pinjam buku anak-anak, yang putus sekolah ga hanya dari lingkungan manggarai tempat menara air tapi juga dari kampung lain memang dari ekonomi ke bawah
Audio: Suasana taman baca zaffa
Latifah mengaku sering datang ke Taman Bacaan Zhaffa, sejak taman baca gratis ini berdiri. Menurut siswa kelas VI SD ini, dalam seminggu, ia bisa 3 sampai 4 kali ke sana. Sebelum ada rumah baca, Latifah sangat jarang baca buku karena nyaris tak pernah beli buku. Maklum, gaji orangtua Latifah pas-pasan. Membeli buku tak pernah masuk daftar belanja.
Audio: Rumah baca ini bisa dulu ga suka baca semenjak ada rumah baca ini bisa lebih giat baca karena lebih enak udah gitu lebih dekat rumahnya
Airina Mukhlas memuaskan keinginannya membaca komik di Taman Bacaan Zhaffa.
Audio: Kadang-kadang doraemon, detektif conan komik banyak. kadang-kadang buku pelajaran, pelajaran banyak deh
Audio: Suasana taman baca kwartet
Taman bacaan yang tak kalah ramai ada di Cibubur, Jakarta Timur. Namanya Taman Baca Kwartet. Di sini, buku-buku tertata rapi. Serambi tempat rak buku berada berukuran cukup luas, sekitar 5x6 meter. Di sana ada juga ruang baca khusus. Serupa dengan Zhaffa, Taman Baca Kwartet ini juga memanfaatkan rumah pribadi.
Salah satu pendiri, Edi Dimyati mengatakan, taman baca ini buka tiap hari, dari pukul 10 pagi sampai 5 sore. Pustakawan di salah satu penerbit besar ini mengatakan, sebagian besar pengunjungnya adalah anak-anak.
Audio: Prosentase kebanyakan anak-anak sd, kemudian smp dan sma. selain itu orang dewasa juga ikut membaca di kwartet
Audio: Suasana taman baca kwartet
Akhmad Saikhu hampir tiap hari datang ke sana. Siswa kelas 1 MP ini mengaku lebih betah di Taman Baca Kwartet ketimbang di perpustakaan sekolah karena koleksi bukunya yang lebih lengkap dan suasananya lebih santai.
Audio: Juga lebih senang membaca buku karena banyak yang mengatakan buku itu sumber ilmu jadi kalau kita rajin membaca antara lain kita jadi tahu isi buku itu apa apalagi buku itu buku pengetahuan jadi ga hanya disekolahan doang kita bisa tahu pengetahuan disini kita juga bisa tahu
Kehadiran Taman Baca Kwartet, bagi Syahbani Ali, siswa kelas 5 SD adalah pemicu utama dia suka membaca.
Audio: Setelah ada kwartet aja jadi suka baca. dulu kurang baca karena bosen ga ada yang bisa dibaca selain buku pelajaran sama komik
Tak hanya anak-anak yang meramaikan Taman Baca Kwartet. Ada juga penjual mi ayam asal Purwokerto, Jawa Tengah, namanya Ratno. Tiap hari ia menyempatkan mampir ke taman baca ini. Sembari jualan, satu-dua jam disisihkan untuk membaca. Lulusan SMP ini mengaku senang dengan kehadiran Taman Baca Kwartet karena dengan begitu ia bisa baca tanpa keluar uang.
Audio: Dulu aku gemar membaca cuman ga ada buku-buku kalaupun ada harus cari dengan sistem sewa alhamdulillah disini ada buku yang bisa dibaca dengan lengkap dan gratis juga bisa dipinjam
Audio: Masalah perekonomian yang jelas keterbatasan duit kalau untuk beli buku paling pinjam temen itu aja buku yang sederhana kalau di kwartet berbagai macem jenis buku ada kita bisa memilih dengan leluasa bisa mempelajari apa yang kita inginkan semuanya ada di kwartet
Audio: Suasana taman baca kwartet
Taman bacaan gratis jadi surga bagi mereka yang haus pengetahuan tapi duit cekak. Dari anak-anak sampai orang dewasa bisa memanfaatkan buku-buku yang tersedia di taman bacaan. Taman Baca Zhaffa dan Kwartet hanya sebagian kecil, masih banyak taman baca lain tersebar di penjuru Jakarta. Seperti apa riuhnya dunia taman baca di ibukota? Simak laporannya setelah jeda.
Audio: Suasana di taman baca
Sejak 2005, taman bacaan mulai marak di Jakarta, juga di Indonesia. Seribu Satu Buku, sebuah komunitas taman bacaan, mencatat, di Jakarta saja ada seratus lebih taman bacaan. Di seluruh Indonesia, ada lebih dari 200 taman bacaan.
Ketua Komunitas Seribu Satu Buku Agus Rahmat mengatakan, taman bacaan dimaksudkan untuk menyediakan sarana baca buku bagi mereka yang kurang mampu.
Audio: Mereka sebenarnya berangkat dari kondisi masyarakat sekitar awalnya justru melihat dari karena buku mahal aksesnya ke toko buku susah jadi mereka mengusahakan bikin taman bacaan gratis agar mereka bisa baca
Agus yakin, sebenarnya minat baca masyarakat Indonesia tinggi. Sayang, aksesnya terbatas lantaran harga buku yang selangit.
Audio: Kita percaya minat baca anak-anak karena konsen ke anak-anak itu tinggi yang rendah adalah akses terhadap bahan bacaan kita tidak percaya kalau minat baca anak atau orang Indonesia itu rendah kita percaya minat baca itu tinggi itu bisa dilihat yang paling simple di ruang tunggu apapun yang ada disitu dibaca entah itu koran tahun 2006 atau majalah yang sudah lecek mereka masih mau baca
Yudi Hartanto sepakat. Pendiri Taman Bacaan Zhaffa ini mengaku sengaja mendirikan taman bacaannya demi bisa menyediakan buku secara gratis. Apalagi, taman baca ini ada di tengah daerah padat penduduk yang sebagian besar kurang mampu. Membeli buku sama sekali tak masuk prioritas mereka, kata Yudi.
Audio: Kalau menurut saya akses bacaan ini kan jauh dari masyarakat kita bisa lihat yang beli buku jarang karena buku mahal buku sekolah ganti-ganti itu yang membuat mereka berfikir untuk beli buku mereka masih berfikir urusan perut mereka masih berfikir sembako lebih mereka butuhkan dibanding buku alasan akses bacaan kurangya seperti itu untuk itu kita dari taman bacaan zhaffa menyediakan akses bacaan yang lebih dekat kepada masyarakat dan menggratiskan jadi kita ibaratnya merasa terpanggil memang buku itu mahal tapi supaya mereka tetap bisa baca salah satunya kita harus menyediakan buku bacaan di rumah baca ini
Akses adalah kata kunci di balik berdirinya taman bacaan. Mereka yang punya koleksi buku berlebih, didorong untuk menyumbangkan buku demi taman bacaan. Supaya akses terhadap buku bisa lebih luas lagi. Empat orang di balik Taman Bacaan Kwartet patungan uang dan buku untuk mendirikan tempat ini. Pendiri Kwartet Edi Dimyati
Audio: Awalnya dari kegelisahan temen-temen mereka gemar membaca terus suka mengkoleksi buku pada akhirnya punya niatan dan ide bikin sebuah tempat dimana buku koleksi pribadinya dimanfaatkan untuk orang lain selain dibaca sendiri kita dari beberapa pendiri patungan dari kocek masing-masing untuk mendirikan rumah baca ini jadi awalnya biaya pribadi sampai pada akhirnya resmi berdiri rumah baca kwartet pada 6 agustus 2005
Berkat patungan dan menampung sumbangan dari kawan sampai penerbit buku, koleksi di Taman Baca Kwartet kini mencapai empat ribu buku. Mulai dari tabloid, komik, buku pelajaran hingga ensiklopedi; lengkap.
Audio: Kebanyakan sih fiksi jadi buku-buku hiburan karena anak-anak kebanyakan sukanya komik sebenarnya sih ga papa dibanyakain koleksi komik karena untuk merangsang anak-anak datang kesini dan membaca disini juga ada buku ensiklopedi, atau monograf yang lain kaya kamus segala macem dan yang lain non fiksi tapi perbandingan untuk fiksi dan non fiksi 75:25, 75 persen untuk fiksi
Audio: Suasana anak-anak di taman baca
Anak-anak adalah sasaran utama taman bacaan. Anak mesti dibiasakan membaca untuk membuka wawasan. Demi menggaet minat anak-anak, Taman Bacaan Kwartet melengkapi diri dengan berbagai permainan yang merangsang kreativitas anak. Misalnya mengajari anak-anak bermain sulap. Sesekali, kata Edy, Taman Baca Kwartet juga mengajak anak-anak pergi ke tempat yang punya nilai sejarah dan pengetahuan tinggi.
Audio: Selain membaca kita secara rutin mengadakan acara yang berhubungan dengan kreatitifas kita bikin kerajinan, menggambar dengan jari kemarin kita berkujung ke bi atas undangan bi untuk rumah baca perkenalan museumnya terus kita juga ke museum gajah dan museum sejarah nasional yang di monas terus nonton bareng kalau misalnya ga ada acara kita kumpul ngobrol main tebak-tebakan untuk menjaga ikatan emosional dengan anak-anak jangan sampai putus
Di Taman Baca Zhaffa, anak-anak juga jadi sasaran utama. Di sana, kerap dihelat acara bermain bersama atau nonton bareng film-film yang bermuatan pendidikan, kata pendiri Zhaffa, Yudi Hartanto. Tujuannya supaya membuat anak makin tertarik berada di taman bacaan dan membaca buku. Misalnya nonton film Laskar Pelangi dan kisah para nabi.
Audio: Suasana saat menonton film
Selain nonton film, anak-anak juga kerap diajak bermain. Kembali Yudi.
Audio: Selain baca dan pinjam buku kita melaksanakan kegiatan seperti bimbingan belajar atau origami atau nonton film bareng atau kita bisa beredukasi dan lain-lain untuk yang remaja kita mau mengadakan pelatihan sablon untuk mereka jadi itu kegiatan selain baca dan pinjam buku
Audio: Suasana di sekitar taman bacaan
Antusiasme masyarakat terhadap taman baca gratis ini sangat tinggi. Yudi dari Taman Bacaan Zhaffa sampai kewalahan melayani pengunjung. Sampai akhirnya Zhaffa membatasi jam buka taman bacaan menjadi hanya sore hari.
Audio: Awalnya ga dijam-jamin artinya ga dijadwal buka jam empat sampai malam kita buka tiap hari pokoknya full dari pagi ternyata karena dibuka seperti itu di rumah saya masih sama keluarga kewalahan makanya dikasih jadwal jam empat aja kita buka setelah jam empat itupun sudah banyak yang antri untuk datang ke rumah kita sangat antusias mereka datang ke tempat kita setiap hari pasti ada
Audio: Suasana di taman bacaan Zhaffa yang ramai itu
Saat ini di Jakarta sudah ada 100-an taman baca gratis. Di seluruh Indonesia, baru ada 200-an. Ini tentu jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang lebih 220 juta orang. Harga buku yang terus naik membuat orang enggan membeli buku.
Idealnya, ada lebih banyak lagi taman baca gratis. Di angan-angan Agus Rahmat dari Komunitas Seribu Satu Buku, satu taman bacaan di tiap RT.
Audio: Kalau impian kita sebenarnya satu rt satu taman bacaan paling tidak untuk di jakarta karena selama ini di tingkat kelurahan ada taman bacaan masyarakat yang dikelola oleh pkk atau kelurahan tapi menurut kita aksesnya agak terbatas karena terkait dengan jam kantor terus kadang sabtu minggu tutup jadi idealnya menurut kita satu rt satu taman bacaan
Audio: Suasana taman bacaan
Bayangkan kalau cita-cita itu tercapai. Betapa membaca buku tak lagi terhalang kondisi ekonomi, betapa luasnya wawasan yang bisa diselami setiap orang.
Audio: Suasana taman bacaan
[Mustakim | KBR68H]
foto: http://rumahbaca-zhaffa.blogspot.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terima kasih kami dari Rumah Baca Zhaffa untuk Mas Mustakim yang telah mengangkat keberadaan rumah baca gratis di Jakarta. Mudah-mudahan dengan disiarkan di Jarinag KBR68H bisa menular ke seluruh negeri.
ReplyDeleteSalam buat Mas Mustakim
ReplyDelete"Jadikanlah Rumah Baca bagi semua orang agar berguna" (RB. Kuartet, Cibubur - Jakarta Timur)
Terima kasih banyak untuk Rumah Baca Zhaffa dan Kuartet untuk inspirasinya. Jika betul-betul bisa ada 1 Rumah Baca Gratis per RT, tentu luar biasa sekali. Betul, mudah-mudahan menular ke seluruh negeri.
ReplyDelete