Thursday, January 22, 2009

Wisata di Titik Kulminasi


KBR68H ingin berbagi kebahagiaan dengan Anda. Feature berjudul 'Wisata di Titik Kulminasi' baru saja memenangkan penghargaan Anugerah Pesona Wisata Indonesia yang diselenggarakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Feature itu dimuat di rubrik SAGA, karya Heriyanto, kontributor KBR68H di Pontianak, Kalimantan Barat.

Kota Pontianak di Kalimantan Barat adalah satu-satunya kota yang persis dibelah oleh garis Katulistiwa. Kalau berkunjung ke sana, jangan lupa mampir ke Tugu Khatulistiwa, terutama pada Maret dan September. Saat itu, akan terjadi titik kulminasi, di mana semua benda tidak punya bayangan. Kontributor KBR68H di Pontianak Heriyanto datang ke Tugu Khatulistiwa dan berwisata saat puncak titik kulminasi. Ceritanya dibawakan Besty Siregar.

Audio: Suasana musik dan suara suling pembuka acara
Wajah-wajah gembira bercampur heran terlihat di Tugu Khatulistiwa. Tak lama, orang-orang pun bertepuk tangan ketika peristiwa yang dinantikan tiba. Semua orang sibuk melihat ke arah bawah, mencoba mencari bayangan tubuhnya. Bayangan mereka menghilang, padahal matahari bersinar terik persis di atas kepala.

Audio: Suasana menjelang titik kulminasi

Mishra sampai berkali-kali pindah tempat. Ia masih terus mencari bayangannya. Orang-orang di sekitar Mishra, juga benda lainnya, semua tak punya bayangan. Tiang bendera yang menjulang tinggi, juga tak punya bayangan.

Audio: MC menjelaskan soal titik kulminasi

Tanggal 23 September lalu adalah hari istimewa. Saat inilah semua bisa menyaksikan peristiwa yang hanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu bulan Maret dan September. Peristiwa ini disebut peristiwa kulminasi, saat matahari melintasi garis katulistiwa. Saat itulah, semua benda kehilangan bayangan mereka.

Tempat yang paling tepat untuk merayakan peristiwa kulminasi ini adalah Tugu Khatulistiwa, Pontianak.

Audio: Keliatannya bagus sekali, kita baru tahu tanggal 23 matahari persis di atas kepala sini, jadi kita datang liat-liat aja. Dari jauh-jauh dari Jakarta, khusus buat lihat-lihat aja. Apalagi ini di Equator ya memang ya sekali aja setahun ini, khusus di negara tertentu di equator lewatnya tertentu.

Mishra adalah warga keturunan India yang sudah lama menetap di Jakarta. Sudah lama ia mendengar soal peristiwa kulminasi, tapi baru tahun ini keinginannya terwujud. Ia datang bersama istrinya. Rasa penasarannya pun terobati.

Audio: Kemarin kita datang jadi saya lihat tanggal 23 ada pesta seni, jadi kita kembali lagi hari ini, tanggal 23 kita ke Singkawang tahu tanggal 23 ada pesta kita kembali lagi hari ini mau lihat-lihat aja. Baik sekali, semua enak buat turis tempatnya cocok sekali

Ada banyak wisatawan asing yang datang ke Tugu Katulistiwa hari itu. Kan Pui Fat terbang dari Hongkong menuju Pontianak karena sudah sangat lama memendam keinginan berada di kota yang dilintasi garis katulistiwa. Ini sudah sejak Kan Pui Fat duduk di bangku sekolah, saat belajar tentang geografi. Di situ tertera informasi soal Tugu Katulistiwa yang dilalui garis lintang 0 derajat, garis katulistiwa.

Audio: When I was in secondary school in one subject I knew famous located in Pontianak, in my mind I remember that, but I dont have a time, but now I am very happy to day after I have crossing to the equators, know I came here, I am very happy [Ketika saya masih sekolah di SD, ada satu pelajaran yang bercerita tentang Tugu Khatulistiwa, saya masih ingat. Tetapi saya belum berkesempatan untuk mengunjunginya. Sekarang saya sangat senang karena bisa mengunjungi Tugu Khatulistiwa. Sekarang saya di sini, saya sangat senang]

Ada juga yang secara tidak sengaja ikut dalam perayaan peristiwa kulminasi di Tugu Katulistiwa. Misalnya Burhanudin, warga Makassar, Sulawesi Selatan, tak sengaja datang ke Pontianak. Kebetulan diajak temannya, Burhanudin ikut serta.

Audio: Saya berasal dari Makasar kebetulan tugas di sini, saya sempatkan berkunjung ke monumen khatulistiwa ini, kalau di Makasar cukup tenar juga nama tugu ini, jadi saya selaku orang makasar kepiingin melihat bagaimana sih bentuk tugu ini.

Setiap 21-23 Maret dan 23 September, selalu ada peristiwa unik yang disebut titik kulminasi. Saat itu, matahari tepat berada di tengah titik khayal katulistiwa. Pemandu wisata di Tuku Katulistiwa, Kasnawi.

Audio: Titik kulminasi itu adalah suatu peristiwa alam di mana pada waktu itu matahari tepat berada di garis khatulisyiwa. Kulminasi sendiri adalah artinya klimak atau puncak. Titik tertinggi matahari atau titik keseimbangan matahari, kalau di khatulistiwa khan berarti di tengah, balance dia, jadi matahari tidak di utara tidak di selatan namun berada di tengah atau garis lintang 0 derajat

Karena posisi matahari tegak lurus, maka semua benda tegak yang ada di Tugu Katulistiwa saat itu tidak punya bayangan. Begitu juga tugu itu sendiri, tanpa bayangan, karena tugu terletak persis di garis lintang nol derajat. Peristiwa menghilangnya bayangan biasanya berlangsung selama 3 menit, dari pukul 11.46 sampai pukul 11.49.

Audio: Sehingga pada waktu itu bayangan benda-benda yang tegak lurus di sekitar tugu khatulistiwa akan hilang bayangannya dalam beberapa menit. Ada rentang waktinya ada tanggalnya, ada timingnya, jadi bukan sembarang waktu kejadian itu. Yang jelas setahun 2 kali, Maret dan September. Setiap tanggal 21-23 maret dan september. Kemungkinan dia 23, kemungkinan 21 atau 22.

Audio: Suasana atraksi budaya

Apa saja keistimewaan dari Tugu Katulistiwa yang terletak di lintang nol derajat ini?

Audio: Lagu Sungai Kapuas

Tugu Katulistiwa adalah ikon kota Pontianak. Tak lengkap rasanya datang ke Pontianak tanpa menyempatkan diri ke tugu ini. Letaknya tak jauh dari Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia.

Tugu Katulistiewa didirikan pada 1928, oleh sebuah ekspedisi internasional yang dipimpin pakar geografi Belanda. Dengan perhitungan astronomi, ditetapkanlah sebuah titik sebagai penanda lintang nol derajat. Di situ lantas dibangun tugu, kata Kepala Tugu Katulistiwa, Heri Adha Sunarso.

Audio: Berdasarkan catatan dibangun oleh tim dari Belanda tim geograpi pada tahun 28. Jadi pertama kali dibangun pada 28 dengan beberapa kali perubahan, kemudian terakhir kali dirubah pada tahun 38 oleh Pak Silaban arsitek kita, setelah itu pada tahun 1991 dibangun kubahnya atau penutup untuk melindungi dari alam dan orang yang tidak bertanggung jawab

Selain berada persis di garis lintang, ada juga yang percaya keunikan yang ditawarkan Tugu Katulistiwa. Menurut penelitian dari Jepang, tingkat grafitasi yang absolut di wilayah katulistiwa dianggap bisa membantu terapi kegemukan.

Pramuwista Tugu Katulistiwa, Kasnawi.

Audio: Matahari berkulminasi itu menurut ahli geologi berat badan bisa berkurang beberapa gram kalau dia datang ke khatulistiwa ini, ini bisa dikatakan sebagai therapy alam makanya bagi yang mengalami obesitas bisa datang ke khatulistiwa pada Maret dan September bisa langsing secara bertahap. Kenapa? Karena padamatahri berkulminasi ini gaya grafitasi meningkat sehingga mempengaruhi berat benda-benda. Sehingga secara langsung berat benda berkurang

Tahun 2006, posisi titik 0 derajat di Tugu Katulistiwa diukur ulang oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, BPPT. Rupanya ada pergeseran, yaitu bergeser 115 meter ke arah selatan. Perbedaan ini karena dulu posisi titik 0 derajat diukur dengan perhitungan astronomi, kini dihitung dengan satelit.

Kepala Tugu Katulistiwa, Heri Adha Sunarso.

Audio: Bukan pergeseran sih hanya perbedaan penentuan aja, jika dulu pada tahun 28 itu belum ada yang namanya GPS, mereka masih menentukan dengan astronomi atau ilmu bintang segala macam. kalau sekarang khan sudah lebih canggih, ya posisi pasnya sekitar beberapa ratus meter dari yang asli ke arah sungai.

Audio: Lagu Sungai Kapuas

Saat terjadi peristiwa titik kulminasi pada Maret dan September, ada banyak acara kebudayaan digelar di sini. Pemandu wisata di Tuku Katulistiwa, Kasnawi, bercerita soal acara yang digelar untuk bulan September lalu.

Audio: Peristiwa di titik kulminasi di khatulistiwa ini sudah jadi kalender of even, makanya setiap peringatan kulminasi ini disuguhkanlah berbagai macam atraksi seni dan budaya dari berbagai sanggar seni di Pontianak yang mewakili berbagai etnik di Pontianak baik Melayu, Dayak, Chines, Jawa, yang kita suguhkan pada pengunjung atau tamu syang datang saat itu.

Pesona Tugu Katulistiwa terbukti masih berhasil menyedot perhatian wisatawan, termasuk dari luar negeri. Angka terakhir menunjukkan ada 28 ribuan wisatawan berkunjung ke Pontianak tiap tahun, dengan 500 diantaranya turis asing.

Kepala Tugu Katulistiwa, Heri Adha Sunarso.

Audio: Dari dalam negeri ada 10 besarnya, untuk wisatawan luar negeri paling banyak dari malaysia karena ada jalan daratnya, kalau wisatawan nusantara paling banyak selain Kalbar dari Jakarta. Kalau titik kulminasi itu minus 1 plus 1. Jadi karena tiga hari biasanya tanggal 21 22 23 itu sudah ramai.

Pariwisata di Tugu Katulistiwa tak hanya membawa decak kagum para turis yang mendadak kehilangan bayangan mereka, tapi juga membawa kegembiraan bagi warga sekitar. Suhartini selalu berjualan ketika perayaan titik kulminasi tiba. Lumayan, hasilnya bisa sampai jutaan rupiah.

Audio: Otomatislah ye karena ada pariwisata di sini di tugu besar ini paling ndak kita mendapatkan keuntungan juga, rejeki. Kalau pas ramai sekali, pas ramai sekali tiga jutaan ade, kalau yang ndak yaa biasanya kadang-kadang seratus lebih tapi kalau nggak ada tamu sama sekali ya nggak ada laku..

Satu hal yang masih jadi PR pengelola Tugu Katulistiwa adalah soal fasilitas. Burhanudin, salah satu pengunjung dari Makassar Sulawesi Selatan, mengusulkan penambahan fasilitas, yang bisa menambah pengetahuan orang soal tugu.

Audio: Bagus, cuma perlu perawatan di sekitar lokasi tugu, karena kalau seperti di Sulawesi Selatan itu benda-benda sejarah itu seperti misalnya di Makasar sana ada namanya Benteng Somba Opu pemerintah daerah setempat cukup serius dalam penanganan budaya-budaya ini dalam kaitannya kunjungan wisatawan baik domestik maupun internasional.

Sementara Ratih, pengunjung lokal dari Pontianak, mengusulkan tambahan fasilitas sehingga pengunjung merasa lebih nyaman.

Audio: Sebaiknya fasilitas yang ada di sana dibangun sedemikian rupa, seperti tempat rekreasi sesungguhnya, seperti taman perlu ada fasilitas buat pengunjung tambah misalnya ada tempat duduknya dan ada juga tempat abrasinya ditata sedemikian rupa sehingga pengunjung bisa mancing atau juga bisa menikmati sungai di sana

Pemerintah Kota Pontianak bukannya tak punya rencana. Mereka bercita-cita memiliki Sundial Grand Desain Katulistiwa, di mana kompleks sekitar Tugu Katulistiwa akan dibangun secara lebih modern. Akan ada banyak fasilitas wisata penunjang.

Tapi rencana sebesar itu tentu butuh uang banyak. Kepala Dinas Pariwisata Kota Pontianak Sugeng Harjo Subandi mengatakan, itu dia yang belum terkumpul.
Audio: Sundial Grand Desain Khatulistiwa akan dikembangkan ke sana, permasalahan sekarang kalau bisa kita publis, sekarang khan yang bisa membiayai proyek-proyek raksasa itu swasta, kita susdah menyiapkan tata ruangnya nanti kita publiskan, ya mudah-mudahanlah ada pihak swasta yang bisa berperan serta.

Masyarakat Pariwisata Indonesia di Kalimantan Barat berharap banyak dengan rencana Sundial Grand Desain Katulistiwa ini. Ketua MPI Kalbar Martias mengatakan, mudah-mudahan ini ikut mendongkrak jumlah wisatawan.

Audio: Jika Sundial ini terjadi maka multiflier effect terhadap masyarakat sekitar ini akan luar biasa dan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota pontianak. Kita akan membuat pintu masuk, kota pontianak merupakan pintu masuknya. Audio: Suasana musik dan suara suling pembuka acara

Jadi, mampirlah ke Tugu Katulistiwa di Pontianak. Begitu pulang, Anda akan mengantongi sertifikat perlintasan, sebagai bukti kunjungan mereka ke garis lintang nol derajat. Kepala Dinas Pariwisata Kota Pontianak Sugeng Haryo Subandi.

Audio: Kita baru meningkatkan view pemandangan di khatulistiwa dan siapa saja yang datang ke situ kita beri sertificate accros line jadi sebagai bukti telah datang di titik belahan bumi utara bumi selatan, jadi sudah datang ke situ kita beri sertifikat.

Setiap Maret dan September, nikmatilah saat-saat Anda kehilangan bayangan tubuh Anda di Tugu Katulistiwa.

Audio: Suasana musik melayu


[Heriyanto |KBR68H]

No comments:

Post a Comment