Friday, February 6, 2009

Belah Bukit Demi Air


Desa Ijo Balit, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat adalah daerah tandus. Saking tandusnya, panggilan akrab desa itu adalah ’lendang panas’ alias ’hamparan panas’. Tapi Desa Ijo Balit beruntung punya Slamet Suriawan Sahak. Berkat Slamet, desa jadi subur. Slamet membelah bukit demi membuat jalur pengairan untuk mengarahkan aliran sungai ke desa. Reporter Mandalika FM Lombok, radio jaringan KBR68H, Rachmat Jayadi menggali inspirasi dari Slamet yang membelah bukit.

Audio: musik sasak-semprong

Desa Ijo Balit, Kecamatan Labuan Haji, Lombok Timur, NTB, terkenal gersang. Pohon yang tumbuh di sana bisa dihitung dengan jari. Lahan retak-retak, pertanda kekeringan teramat parah.

Luas desa ini 1200 hektar, menampung lebih seribu keluarga. Sebagian besar masyarakatnya hidup dari menambang batu apung dan pasir. Eksploitasi alam tak kenal kompromi membuat Desa Ijo Balit makin kering dan gersang. Nyaris tak punya air. Desa tak ubahnya hamparan panas. ’Lendang panas’, kata orang setempat.

Audio: musik sasak-semprong

Selain menambang batu apung dan pasir, warga juga hidup dari bertani umbi-umbian. Maksud hati ingin menanam padi, palawija atau tembakau, yang nilai jualnya lebih tinggi. Apa daya, hanya umbi-umbian yang sanggup bertahan di tanah kering.

Lalu Slamet Suryawan Sahak, warga Desa Ijo Balit, jengah dengan kondisi ini. Kekeringan tak bisa dibiarkan begitu saja. Air, bagaimana pun caranya, harus diperoleh, begitu niat bulat Slamet. Sejak awal 1980an, Slamet mulai mencoba berbagai cara untuk mendatangkan air ke Desa Ijo Bailt.

Audio: musik sasak-semprong

Empat kilometer lebih dari desa Ijo Balit, terdapat Sungai Perako yang melintas di pinggir desa. Karena volume air kecil, pada 1982 Slamet membuat bendungan untuk meninggikan air sehingga bisa mengairi Desa Ijo Balit. Bendungan dibuat dari tumpukan plastik berisi tanah.

Audio: Saya bersama-sama mengajak masyarakat membangun bendungan. Waktu itu harga plastik kalo nggak salah Rp 450, dengan enam ribu karung kita susun. Alhamdulillah naik air untuk mengaliri beberapa puluh hektar. Karnea naik pas musim kemarau, banjir kan luar biasa besarnya karnea ini kan di bawah gunung Rinjani, sangat besar banjirnya. Alhamdulillah karung itu bertahan sampai lima tahun.

Usaha Slamet bukannya tanpa kendala. Biaya besar untuk membeli plastik sudah keluar, tapi bendungan manual yang dibangun tidak berfungsi maksimal.

Tak habis akal, Slamet membuka peta geografis Desa Ijo Balit. Di situ ia menemukan ada aliran Sungai Sordan yang deras di seberang bukit. Sungai itu menjadi tempat bertemunya empat aliran sungai di Lombok Timur. Slamet berniat menggabung aliran Sungai Sordan dan Sungai Perako. Tapi kali ini hadangannya bikin Slamet pusing tujuh keliling. Ada bukit besar di antara kedua sungai.

Audio: Tahun 1991, saya menggabungkan dua sungai …. Toh kalau gak ada yang mau ( membantu ) gakpapa, dari tahun ke tahun saya membangun seperti ini semata-mata saya ingin berbuat, bagaimana bumi ini, minimal pada diri saya, lingkungan saya, minimal ada yang meniru
Ajakan membelah bukit sontak dapat cemoohan. Slamet langsung dapat nama baru: Slamet Suryawan Sahak Gila.

Audio: Waktu membelah bukit, siapa saja yang terlibat, " kebanyakan gak mau, kadus –kadus, lurah pemerintah banyak yang tidak setuju, apalagi rakyat bodoh. Bayangkan kepala dusun saja tidak percaya,
Beruntung, masih ada yang percaya dengan gagasan Slamet untuk membelah bukit. Di tahun 1982, dibantu puluhan orang, Slamet mulai membelah bukit. Bukit ini sungguh sulit ditaklukkan karena tingginya lebih dari 14 meter, dengan panjang galian hampir mencapai satu kilometer.

Audio: Kenapa banyak yang tidak ikut ?? karena kita kebanyakan takut akan jin, percaya akan berhala … nanti ketemulah… ini yang nyuruh mereka tidak berani ….dan kedua, sudah berkali-kali pemerintah menjanjikan saluran … di surveilah … di desainlah … setiap habis pemilu selalu ada desain, selalu ada konsultan.. dan selalu tidak jadi… apalagi seorang slamet … kan wajar masyarakat tidak percaya … pemerintah saja tidak bisa …. Ini salah satu pola-pola yang keliru ……

Mahuri, salah seorang warga yang ikut membelah bukit mengingat pekerjaan membelah bukit sebagai sesuatu yang sangat melelahkan.

Audio: Ikut belah bukit ?? Ikut.. sama-sama mamiq sudah saya ...mulai kerja dari sana, bikin ujungnya, tapi dak bisa naik ( red - airnya) , terus kita pindah kesini ... terus disini pakai pompa air ... dipacul condong dari atas ... tebing-tebing ini kami linggis sama ( mamiq tuan – Slamet ).. brapa lama kerjanya ?? satu tahun lebih ....

Bermodal semangat, berbekal cangkul dan linggis, Slamet membelah bukit.

Audio: Sebelah ada sungai … saya gali pakai linggis, saya cocor pakai pompa untuk dorong … nganyutkan tanah tanpa pesawat , tanpa alat ukur, pake alat senter aja .. diperkirakan .. pakai linggis, cangkul …yah .. gotong royonglah dengan masayarakat ..nah karena putus harapan masyarakat, ya semua ini sematamata karena izin allah, datanglah orang bodoh bawa alat berat, saya pinjamlah alat beratnya pakai gali … alhamdulillah kita belikan minyak … kalau allah berkehendak

Audio: suara air Audio: Saudara, saat ini saya berada di Desa Ijo Balit. Persis di depan saya adalah ujung galian bukit yang juga adalah pertemuan Sungai Perako dan Sungai Sordan. Sebelumnya kedalaman Sungai Perako hanya 5 sentimeter, namun setelah dua sungai ini digabung, kedalamannya seukuran paha orang dewasa. Dengan ketinggian air ini, Sungai Perako dikendalikan oleh sebuah Bendungan Refrmasi, yang juga dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat. Secara swadaya juga, masyarakat membuat saluran permanen sepanjang empat kilometer hingga Desa Ijo Balit.
Setahun lamanya bukit dibelah, sampai akhirnya saluran air sepanjang empat kilometer lebih berhasil dibuat. Sejak itu, kehidupan masyarakat Ijo Balit berubah.

Audio: Begitu terbelah airnya langsung ke masyarakat, airnya keluyuran gak karuan dahulu ...baru kita mulai membuat jaringan-jaringan tersiernya ....kemana arah mau air ... bagaimana kita membagi .. dan kebetulan ada saluran – salauran terdahulu yang kita manfaatkan kembali ... karena dari dulu ada saluran air yang mengairi seratusan hektar .. tapi kering gak ada air ... semua petani langsung dialirkan .. tak perlu mereka meminta dialirkan air, kalau memang elevasi dibawah saluran, mereka tidak perlu meminta, karena niat saya membangun untuk masyarakat.

Bagaimana cerita masyarakat Desa Ijo Balit pasca mengalirnya air? SAGA segera kembali.

Audio: suara motor

Siang bolong di Kota Selong, Lombok Timur, NTB terasa sangat panas. Dengan motor, saya menuju ke Desa Ijo Balit, yang berjarak sekitar 10 kilometer.

Audio: suara motor

Mendekati Desa Ijo Balit, pemandangan mulai terlihat hijau. Banyak tanaman pelindung di pinggir jalan. Sawah menghijau pun menyejukkan pandangan mata. Inilah Desa Ijo Balit sekarang, jauh berbeda dengan masa-masa tandus lebih 10 tahun silam. Sebutan ’lendang panas’ tak lagi melekat.

Kepala Lingkungan Ijo Balit Utara, Samat, membandingkan kedua masa yang berbeda 180 derajat ini.

Audio: Alhamdulillah sekarang petani sudah tidak bingung lagi memikirkan air …. Tahun lalu, masyarakat selalu berpikir meninggalkan ijo balit dengan kekeringan… sekarang tidak ada yang memikirkan … alhamdulillah sekarang banyak yang menanam .. Pas kering, masyarakat hanya menanam ubi .. tidak ada penghasilan yang lain .. sekarang padi kedelai , dan alhamdulillah … sukur perjuangan slamet sangat kami banggakan …
Slamet Suryawan Sahak adalah penyelamat. Meski sempat dicap gila dengan idenya membelah bukit, justru ide gila ini yang kembali menghidupkan Ijo Balit.

Audio: suara air

Begitu air mengalir, kehidupan sontak berubah. Semua tanaman petani berbunga. Saluran air langsung dialirkan ke sawah-sawah petani. Kini, luas lahan produktif di Ijo Balit meningkat, kata juru bicara Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur, Humaidi.

Audio: Khusus Ijo Balit, sebelum adanya jaringan irigasi, luas tanam padi disana hanya 25 hektar ( dari hasil tadah hujan ), tapi setelah adanya jaringan irigasi dari swadaya masyarakat, dari 25 hektar, sekarang sudah bisa menjadi 75 hektar ..kaitannya dengan itu, dalam satu tahun, tanaman padi bisa 75 hektar, jagung 50 hektar, kacang tanah 25 hektar, cabe rawit 25 hektra... itu untuk luas tanam ... kalau hasilnya ?? sebelum adanya jaringan, padi hanya 1,5 ton / hektar, sekarang 4,2 ton / hektar. Jagung 1 ton menjadi 4,5 ton / hektar... cabai dari 2 ton menjadi 4,5 ton.. artinya ada peningkatan

Perbaikan kondisi ekonomi ikut berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Berbeda dengan saat masih tandus, kata Samat, Kepala Lingkungan Ijo Balit Utara, banyak anak yang kekurangan gizi.

Audio: Dulu ada yang busung lapar ?? banyak anak kecil masih kurang .. banyak … semua hampir rata2 … beras tak ada , nasi ubi dan jagung …. dan sekarang … kalo nasi tidak hangat tidak dimakan .. sekarang ubi tidak dimakan. Sekarang anak disini, tidak ada makan ubi … kebanyakan dijual, yang beli juga tak ada… jambu mete tak dimakan, jadinya sia-sia .. tulang nya aja yang dijual, dagingnya terbuang sia-sia …

Karena sektor pertanian mulai bergeliat, warga Ijo Balit memutuskan untuk bertahan dan memakmurkan desa mereka. Pilihan menjadi Tenaga Kerja Indonesia, TKI, di luar negeri tak lagi dilirik. Menurut data di lingkungan Ijo Balit Lauk, sebelum kekeringan, rata-rata 50 orang warga berangkat menjadi TKI. Kini, turun drastis menjadi hanya 2 orang dalam sebulan. Agus Suwandi dan Lalu Murah Haini sudah melepas keinginan jadi TKI.

Audio: Pernah niat jadi TKI ?? kalo sebelumnya pernah niat, tapi sekarang penghasilan sudah mencukupi di daerah sendiri, jadi niat keluar negeri gak ada ...sekarang kerjanya apa ?? apa adanya di sini ... bertani .. penghasilan sudah mencukupi ...tidak pingin keluar negeri .. kan disini sudah ada penghasilan yang layak ... sekarang dalam satu bulan bisa menghasilkan 700 – 800 ribu

Audio: Pernah jadi TKI ?? pernah dulu .. knapa balik ?? ya ... mau nengok kampung .. kata kawan-kawan kampung sudah subur .. sekarang pinginnya mau bertanam dulu .. soalnya sudah subur ... daripada potong sawit disana, lebih baik disini sambil jaga sapi ( saya )

Kepala Desa Ijo Balit Sukarma mengatakan, majunya perekonomian desa juga mendorong kemajuan di bidang pendidikan. Kalau dulu hanya ada empat sekolah tingkat SD, kini ada tambahan Taman Kanak-kanak, SMP dan SMA.

Audio: Untuk sarana pendidikan di kelurahan di Ijo Balit, satu buah TK, 4 SD, satu MI, 2 Mts, dan satu MA, pas kekeringan ada 4 SD saja... berarti ada perubahan penambahan, dari taman kanak- kanak sampai SMA Audio: Lagu ’Desaku’ Audio: suasana kicauan burung

Slamet kembali membelah bukit pada 1996. Kali ini bukit yang dibelah setinggi 18 meter, dengan lubang galian sepanjang 2 kilometer lebih. Ia bermaksud mengalirkan air dari Sungai Sordan ke lahan tandus miliknya seluas lebih 15 hektar. Lahan itu kini disulap menjadi tempat wisata bernama ’Lembah Hijau’ yang disesaki aneka tumbuhan. Tempat wisata ini dilengkapi juga dengan kolam renang dan danau buatan, membuka lapangan kerja bagi 30-an warga desa.

Audio: Dikenain berapa? Tiga ribu. Kalau dihitiung-hitung dalam setahun pengunjung ada berapa? Kira-kira 100 ribu orang. Untuk perbaiki, untuk membuat itu ini, ada uang sisi buat bikin sungai. Mulai beroperasi sejak kapan? Waktu Pak Rahmat Witoelar itu 2004. Waktu datang meresmikan sama artis Cornelia Agatha.
Rencananya, air buangan dari kawasan wisata Lembah Hijau kelak diarahkan ke Desa Pemongkong Lombok Timur yang dilanda kekeringan.

Audio: 28 kilo ?? rencana air akan diarahkan ke selatan, ke ( desa ) tanjung luar, tijot, sampai pemongkong, karena disini air yang terbuang ke laut di musim kemarau sangat besar ... 280 liter / detik ... elevasinya sangat memungkinkan ... tinggal siapa yang mau berbuat dari lembaga negara ini .... Audio: suara air

Slamet adalah kerja keras, Slamet adalah teladan. Aktivis lingkungan WALHI NTB Achmad Junaidi mengatakan, upaya Slamet yang membalikkan keadaan gersang menjadi subur sangat berpengaruh bagi kelestarian lingkungan.

Audio: Sekecil apapun aktifitas yang dilakukan untuk penyelamatan lingkungan, Tentu berpengaruh .. dalam artian kelestarian lingkungan seterusnya .. kita kenal ijo balit kering … kalu itu dikelola dengan baik dengan benar berdasarkan analisis yang tepat .. tentu berpengaruh signifikan … mata air .. pengaruh sangat besar …

Slamet empat kali menolak penghargaan Kalpataru dari pemerintah. Bagi Mochtar, tokoh masyarakat Pohgading, desa tetangga Ijo Balit, Slamet patut ditiru.

Audio: maksud kami kalau ada gerakan social, kami ingin mengangkat sebagai indicator untuk ditiru untuk bapak-bapak yang lain … merupakan bagian dari pendidikan .. pada pemuda kita yang sudah menempuh kesarjanaan, slamet sebagai indikator keberhasilan ..

Audio: suara burung

Slamet masih punya banyak rencana. Hidup tak berhenti setelah membelah bukit demi air.

Audio: sekarang lagi buat pembangkit listrik tenaga air, bagaimana nanti terjemahan hokum boyle, hokum paskal, Dalton, dsb. Makanya sering anak sekolah datang .. sekolah alam .. karena pendidikan sekarang hanya teori, tanpa ada praktek langsung, makanya banyak pelajar yang bingung .. harapan saya dapat membangun lab biologi …. Sedang dibangun … Audio: suara air


[Rachmat Jayadi | Radio Mandalika FM Lombok | KBR68H]

foto: www.myscoutchemistry.wordpress

1 comment:

  1. kl gak salah foto lalu slamet mengutip dari blog saya? (masfebry.multiply.com), mohon dicantumin source-nya. trims.

    ReplyDelete