Thursday, April 21, 2011

Donor ASI, Solusi Jitu Demi ASI Eksklusif


Salah satu aktivitas yang melekat segera setelah seorang perempuan melahirkan adalah menyusui. Tapi tak semua ibu bisa menghasilkan ASI yang cukup untuk anaknya. Padahal bayi sebaiknya mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan. Tahukah Anda kalau sekarang ada donor ASI yang bisa dilirik? Reporter KBR68H Dede Riani berbincang dengan para ibu yang menjadi pendonor ASI, demi memastikan lebih banyak lagi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.







Donor ASI, Solusi Jitu Demi ASI Eksklusif by sagakbr68h


Blok I

GINA: Seperti biasa mencuci dan mensterilkan alat pompa elektrik, karena saya tidak bisa pompa pake tangan. Tangan juga mesti dicuci bersih pakai air.

Gina S Noer sedang memompa payudaranya, mengeluarkan ASI dengan bantuan pompa elektrik.

Atmos Gina memompa payudara
KBR68H: Ini ukuran botol?
GINA: Ini ukuran botol 260 ml
KBR68H: Ini sampai penuh dan berapa lama biasanya?
GINA: Kalau pagi gini sih penuh biasanya melebihi batas bisa sampai 300 ml yah sekitar 30 menit lah


ASI dipompa, lantas disimpan ke dalam botol dan plastik khusus penyimpan ASI.

Atmos menuang ASI ke dalam plastik dan kemasan

Gina menyimpan dengan apik ASI hasil perahannya ke dalam freezer atau lemari pembeku. Tak lupa, ia tempelkan label di botol berisi tanggal dan waktu hasil produksi ASI.

Atmos bunyi plastik dan kertas (kresek, kresek, kresek)

GINA: Ini ada label, jadi biasa saya tulis, ini jam berapa ya?
KBR68H: 09.4o.
GINA: Ini labe
l buat perekat, saya tulis jam dan tanggalnya
KBR68H: Ini fungsinya untuk apa?
GINA: Nah jadi, konsepnya ASI perah itu first in, first out. Jadi tanggal yang lebih lama itu yang pertama kali digunakan. Jadi
ini untuk informasi kita.

Lebih dari 20 botol dan kemasan plastik ASI hasil perahan memenuhi lemari es Gina.
Atmos membuka freezer, sambil merapihkan botol dan plastik ASI hasil perahan

Karena produksi ASI Gina berlebih, ia memutuskan untuk jadi donor ASI sejak dua bulan lalu.

GINA: Tahula
h ASI anak saya tercukupi sehingga bisa membuat saya produksi ASI lebih banyak. Berlebih buat apa?

Niat utama Gina adalah membantu ibu-ibu yang produksi ASI-nya sedikit. Karena Gina percaya betul akan manfaat ASI eksklusif selama 6 bulan, seperti yang terjadi pada anak pertamanya.

GINA: Ya ASI itu memang haknya anak, dia sehat dan membuat daya tahan anak itu lebih tinggi ketimbang anak yang lain. Anak ASI juga lebih cerdas. Hubungannya juga bisa lebih dekatlah, karena ketika proses menyusui terjadi skin to skin contact (saling menyentuh antara kulit si bayi dan ibunya)

Karena itulah Gina terus memberikan ASI untuk anak keduanya, yang baru berusia 2 bulan. Berhubung produksi ASI kali ini berlebih, Gina dan suami sepakat untuk mendonorkannya. Keputusan yang juga direstui Marta Maskur Noer, ibu Gina.

MARTA
: Daripada numpuk, mubazir, yaa mungkin tidak mubazir juga masih bisa untuk berapa bulan. Tapi kalau bisa membantu orang yang baru melahirkan kekurangan itu, haduuh nikmatnya itu alhamdulilah. Si penerima juga pasti bersyukur sekali

Gina berusaha selektif memilih penerima ASI-nya. Ia tak ingin si ibu justru jadi malas menyusui anaknya, setelah menerima donor ASI. Saling bertelepon dilakoni untuk sekedar mengetahui kabar.

GINA: Yang penting syaratnya, berhubung saya Islam, jelas tidak boleh jenis kelamin berbeda. Lalu saya kenalan sama ibu yang hendak menerima donor ASI saya. Saya juga harus menjalin kontak alias silahtuhrahmi. Kalau ternyata ASI beku Saya lagi pas-pasan, maaf terpaksa Saya tolak. Ya saya sih fair-fair aja. Akhirnya kalau ada orang yang, ah asyik nih donor ASI, jadi malas nyusui, yah itu tanggung jawab masing-masing lah

Atmos anak ibu Irma bermain,suara hiruk pikuk bayi rewel, suara tv menyala

Irma Verlia adalah penerima donor ASI dari Gina. Tak hanya Gina yang jadi ibu donor, tapi juga dua ibu lainnya.


IRMA: Jadi tuh saya ada tiga ibu buat bayi saya. Yang satu tetangga saya, saya pikir tetangga saya itu sudah cukup, waktu anak saya di rumah sakit. Wah ternyata habis, akhirnya dokter saya bilang, ibu Gina ASI-nya banyak, dia pasien saya juga, dulu juga dia donor. Lalu akhirnya saya udah mikir gak papalah ibunya dua yang
penting anak saya sehat. Akhirnya donor sama ibu Gina. Ibu Gina khan masih punya bayi juga yaa, Saya khawatir dia kurang karena berbagai dengan Saya. Akhirnya Saya cari lewat AIMI, Saya dapat, namanya ibu Novi, nah dia sekarang jadi Ibu Donornya anak Saya.

Irma memilih donor ASI demi memastikan anak keduanya, Rio, tetap mendapatkan ASI eksklusif. Rio punya kelainan di lidah, sehingga tak bisa menyusui langsung ke payudara ibunya.

IRMA: Padahal saya berobat ke dokter sejak anak berusia dua minggu. Saya heran, kok anak saya menyusunya sebentar banget, beda sama anak saya yang pertama bisa menyusu lama. Kalau dibilang sedikit susu saya gak mungkin, ini udah pada bengkak-bengkak.

Ketika produksi ASI-nya makin seret, Irma sempat be
ralih ke susu formula. Tapi anaknya tak cocok dengan susu formula.

IRMA: Lihat anak, saya kasihan. Batuk terus, batuknya kaya orang tua, banyak dahaknya. Sebulan saya bisa 3 kali ke dokter, fisioterapi bisa setiap hari. Saya takutnya malah nanti jadi asma.

Demi putus hubungan dengan susu formula, donor ASI pun dipilih, sambil Irma terus melakukan relaktasi, atau proses menyusui kembali. Ini bukan keputusan yang mudah bagi Irma.

IRMA: Saya ya maunya anak saya susu dari saya sendiri. Tapi akhirnya saya memutuskan, sudah lah donor ASI saja. Kasihan melihat anak saya batuknya nggak sembuh. Ti
ga hari langsung bersih, tidak ada batuknya lagi.

Sudah tiga pekan ini anak Irma mengkonsumsi ASI hasil donor. Sebagai penerima, Irma juga selektif. Sang ibu pendonor harus bebas dari segala penyakit menular: HIV/Aids, TBC, Hepatitis dan lainnya.

IRMA: Biasanya saya kenalan dulu, riwayatnya, jenis kelamin dan agamanya. Pendonor ASI juga merupakan rekomendasi dari dokter. Jadi saya percaya saja, bismillah sehat. Ibu pendonor khan juga punya bayi.

Khasiat ASI, rasanya tak ada yang menampik. Tapi untuk menerima donor ASI, tak semua ibu mau melakukannya. Adakah dampak kesehatan yang perlu diwaspadai?

BLOK 2

ATMOS: Suara burung berkicau..cicit..cicit..cicit

Putri Tambunan adalah ibu donor ASI untuk 5 bayi. Ia memperlihatkan tempat peny
impanan ASI-nya.

Atmos membuka freezer
PUTRI: Ini freezer yang khusus, untuk menyimpan sebagian ASI perah saya.
KBR68H: Jumlahnya berapa bu?
PUTRI: Jumlahnya yang ini sekitar 200-an botol (tersenyum). Totalnya ASI perah saya ada 440-an. Ini sebagian di sini, sebagian ada di freezer kulkas rumah tangga, sebagian lagi ada di frezzer rumah ibu saya

Semula, keputusan ini ditentang suami. Tapi Putri meyakinkan, ia hanya ingin membantu ibu lain, yang ingin anaknya mendapatkan ASI eksklusif.

PUTRI: Karena jujur saja suami saya awal mulanya kurang setuju. Karena menu
rut dia, ASI kamu banyak itu yaa buat anak kamu saja dia bilang begitu. Anak orang ya dapat dari ibunya. Konsep berpikir suami saya berpikir seperti itu. Akhirnya saya bilang, laluu gimanaaaa ini susunya banyak, kalau dibuang sayang. Lebih baik saya donorkan ke yang membutuhkan. Di sini suami saya bilang, kamu harus memberikan ke benar-benar ibu yang membutuhkan yaa

Kian hari, rupanya makin banyak ibu yang membutuhkan donor ASI untuk anaknya. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia AIMI mencatat, setiap hari ada saja permintaan donor ASI yang masuk ke mereka. AIMI termasuk gencar memperkenalkan donor ASI sejak 4 tahun silam tutur Ketua Umum AIMI, Mia Sutanto.

MIA: Sejak 2007 yang dimana setiap bulannya cuman satu atau dua ibu yang minta donor ASI, sekarang setiap minggu pasti ada dan banyak. Permintaan sekarang mingguan bukan bulanan lagi. Karena AIMI aktif di media sosial di Facebook, Twitter dan kita ada website, milis, jadi masuk dari situ pun ada permintaan donor ASI.

Kata Mia, AIMI menjadi semacam mak comblang antara ibu yang ingin mendonorkan ASI dan yang membutuhkannya. Yang diutamakan adalah asas kepercayaan. Tapi si ibu pendonor juga harus dipastikan bebas dari segala macam penyakit menular, tak minum-minuman beralkohol juga tak merokok. Ibu pendonor ASI mesti mengisi formulir yang menjelaskan riwayat kesehatannya. Formulir juga disertai tanda tangan dan dibubuhkan materai.

Meski begitu, Murbaniti Wijani belum yakin soal donor ASI. Meski ASI-nya sedikit, ia memilih untuk mencampur susu formula dengan ASI untuk anaknya yang waktu itu berusia 3 bulan.

NITI: Bagi saya aneh saja, kok dikasih donor ASI. Saya merasa dapatnya kok dari ibu lain, saya berpikir dan merasa ada yang salah, nggak ah. Ini kan tanggung jawab saya, ibunya. Saya ini ibunya, jadinya saya berhak memberikan seperti yang saya mau saja.

Niti khawatir, anaknya tertular penyakit lewat ASI orang lain.

NITI: Karena ASI saya sedikit, jadi ya sudah saya berikan aja susu formula, dari pada anak saya kurus. Kalau anak saya kurus, Nanti jangan-jangan sama juga, sakit-sakitan

Untuk itu, Niti harus rela merogoh koceknya lebih dalam. Sedikitnya Rp 1 juta keluar setiap bulan untuk membeli susu formula, juga makanan pendukung lainnya untuk si bayi. Niti mengakui, sejak minum susu formula, bayinya lebih mudah sakit.

Padahal menurut Mia Sutanto dari AIMI, donor ASI adalah solusi jangka pendek bagi ibu menyusui yang produksi ASI-nya sedikit. Ini pun sesuai dengan protokol pemberian ASI eksklusif yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia WHO. WHO sudah menetapkan, ASI harus diberikan secara eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan. Ada tiga cara melakukannya, dengan memberikan cara ASI langsung dan ASI perah dari ibunya, ASI donor dari ibu lain, baru terakhir pilihan jatuh ke susu formula.

Dengan donor ASI, sang ibu bisa terus melatih kemampuan menyusui anaknya, sehingga tak perlu bergantung kepada susu formula. Mia menduga, iklan susu formula yang gencar di berbagai media, ikut menggoyahkan keyakinan ibu untuk memilih donor ASI.

MIA: Selama ini yang kita tahu cuma bagusnya saja dari iklan. Ada DHA, ada AA-nya, ada luteinnya, spiomielinnya, ada gangoisida, bikin anak tambah cerdas, bikin anak makin bagus emotionalnya, spritualnya dll. Yang tahu hanya sisi baiknya saja. Hal ini karena di masyarakat tak ada suatu forum untuk mengkomunikasikan resiko dari pemberian susu formula. Jadi himbauan saya, cari tahu lebih banyak mengenai keunggulan ASI dan resiko dari pemberian susu formula

Soal donor ASI juga mulai masuk radar perhatian pemerintah. Kementerian Kesehatan tahun ini akan menggolkan aturan soal pemberian ASI eksklusif, termasuk di dalamnya soal donor ASI. Direktur Bina Gizi, Minarto menyarankan, donor dan penerima ASI sebaiknya dipertemukan di petugas kesehatan.

MINARTO: Jadi petugas kesehatan harus bisa memberikan pemeriksaan kesehatan, cek bahwa dia layak. Karena yang bisa memberikan jaminan bahwa ibu ini bisa secara medis khan petugas kesehatan.
KBR68H: Itu artinya, meski belum ada aturannya. Donor ASI diperbolehkan?
MINARTO: Diperbolehkan, dari MUI juga diperbolehkan. Oleh karena itu, ini sepanjang tidak bertentangan dengan kode etik, sosial, budaya, agama. Sejauh ini mulai dari tingkat pusat, MUI tak ada masalah.

Atmos memompa ASI

Kembali ke Gina, yang sedang sibuk memompa ASI.

Atmos memompa ASI

Gina dan Irma dipertemukan lewat donor ASI. Berbekal keinginan yang sama untuk memberikan ASI eksklusif untuk buah hati mereka.

GINA: Logikanya kalau pakai donor ASI, ibu-ibu yang donor awalnya merah untuk memberi makan anaknya, gak mungkin asal-asalan, ketimbang yang buatnya di pabrik.

IRMA: Buat ibu-ibu yang punya masalah seperti saya, mungkin egonya dikesampingkan dulu lah. Jangan sampai lama, sampai empat bulan. Mendingan kalau ada masalah segera ke dokter laktasi, kenapa terus cepat dicarikan solusinya. Kalau belum bisa, yaa ke donor ASI aja dulu

MARTA (Ibunya Gina): Dulu kan minum susunya Uma (ibu) yah?
BIRU: Iya, Ingat. Tapi sekarang aku udah gede
KBR68H: Tapi dulu mimi susunya Uma yah?
BIRU: Iya, sekarang buat adik. Adiknya kan masih eciil
GINA: Maksudnya adiknya masih kecil..(sambil tersenyum dengan Biru)
KBR68H: Ooo jadinya kamu ngalah yaa buat adik kamu?
BIRU: Iyaaaa

Atmos Gina bermain dengan anaknya

Demikian Saga KBR68H yang disusun Dede Riani.

No comments:

Post a Comment