Friday, April 22, 2011

Perempuan di Balik Gang Sesama

Gang Sesama di Kampung Cisatu lahir dari keprihatinan terbatasnya lahan bermain bagi anak-anak di perkampungan padat penduduk. Ada dua perempuan di belakang lahirnya Gang Sesama, yaitu Atikah Arisyati dan Sarah Ginting. Mereka lah yang menyulap lahan sempit tak terpakai menjadi tempat yang menyenangkan untuk anak bermain dan belajar. Reporter KBR68H Taufik Wijaya bertandang ke Gang Sesama, berbincang tentang gagasan dua perempuan ini.









Perempuan di Balik Gang Sesama by sagakbr68h

Gang Sesama, Tempat Main Kami

ATMOS: suara deru motor, suara tapak kaki dan anak-anak sedang bercanda

Sore di kawasan padat penduduk Blok Cisatu, Kelurahan Cieumbeuluit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat.

ATMOS: suara de
ru motor, suara tapak kaki dan anak-anak sedang bercanda

Banyak gang di perkampungan ini. Lebarnya sekitar 1,5 meter atau hanya cukup dilewati 2 sepeda motor.


ATMOS: Karin sudah...(suara anak menjerit dan tertawa),....Karin sudah....Fajar sudah...(suara anak menjerit dan tertawa)

Di salah satu sudut gang, sekelompok anak-anak tengah bermain.

ATMOS: Suasana anak main ayunan

Revi berteriak histeris. Sesekali tawanya pecah. Anak perempuan itu tengah asyik bermain ayunan bersama teman sepermainannya. Usia mereka mulai dari 7 sampai belasan tahun.

ATMOS: Suasana anak main ayunan

Selain ayunan, di lahan sekitar 5 kali 3 meter itu ada pula mainan jungkat-jangkit, Rumah Barbie, dan kotak sampah Meccano. Semua permainan ini dicat dengan warna-warna cerah. Misalnya ayunan besi yang dibalut warna biru muda dan kuning. Sementara jungkat-jangkit dicat biru tua, merah dan hijau muda. Kontras dengan tembok abu-abu dan warna kusam lain di perkampungan tersebut

ATMOS: sua
ra anak-anak dan suara derit besi dan tali tambang ditarik

Ada pula permainan rumah pohon. Letaknya agak tersembunyi di balik sepenggal tembok. Bentuknya seperti menara, terbuat dari tiga rangka besi bercat hijau tua. Fajar dan Alam asyik bergelayutan meniti sepasang tambang sepanjang 1,5 meter.

ATMOS: Suasana anak main rumah pohon

Permainan ini tingginya sekitar 2,5 meter. Masing-masing menara berkaki empat, dikaitkan pada alas semen d
engan baut. Di setiap sisi rangka besi dipasang anak tangga untuk memanjat. Di bagian puncaknya terdapat bidang datar agar anak-anak bisa bergelayutan meniti sepasang tambang yang menghubungkan tiga rangka besi itu.

ATMOS: Gantian
atuh euy, abdi heula...abdi heula...

Bosan dengan permainan ayunan, Revi beralih ke permainan kotak sampah Meccano yang di cat kuning dan merah. Bocah 11 tahun itu siap memasukan sampah botol plastik.

KBR68H: Bagaimana cara mengoperasikannya?
REVI: Buka ini, terus masukkan sampahnya ke sini...
ATMOS: suara derit besi dari kotak sampah

Bagian depan kotak sampah persegi empat ini diberi kaca bening. Di dalamnya ada empat kotak yang ditata berundak seperti tangga.

ATMOS: suara derit besi dari kotak sampah

Bila ada sampah yang dibuang di lubang pada bagian atas kotak, lalu tuas yang ada di sisi kotak diputar, sampah itu akan turun hingga mencapai kotak yang paling bawah. Kotak sampah Meccano ini pada akhirnya tak sekadar tempat sampah bagi anaka-anak.

ATIKAH: Iya, jadi alat pembelajaran pembuangan sampah...

Tadi adalah Atikah Arisyati. Bersama suaminya Yana Riyana, perempuan
berusia 57 tahun tersebut merelakan lahan mungil di depan rumah mereka dijadikan sarana bermain anak-anak. Inilah Gang Sesama.

ATIKAH: Kebetulan di sini ada Taman Kanak-kanak. Saya juga ingin memberikan, kebetulan di sini anak-anak sangat kurang untuk sarana permainan. Saya kasihan dengan meraka yang mendambakan permainan. Akhirnya bisa terwujud dengan adanya lahan kami. Saya memberikan dengan rela, harta yang saya punya untuk masyarakat di sini. Sekadar untuk bermain saja

Sebelum ada sarana bermain di Gang Sesama, bocah-bocah Cisatu bermain di tanah lapang, yang cukup jauh dari rumah mereka.

ATIKAH: Tapi lapangan itu dipakai oleh orang dewasa bermain voli. Sampai dijadikan lahan parkir kendaraan. Jadi mereka juga kesulitan untuk bermain. Sampai sampai misalnya anak anak bermain layangan di atas genteng rumah mereka.


Di lingkungan rumahnya, Atikah dikenal sebagai guru sekaligus pemilik Tempat Pengajian Anak, TPA Asyifa, untuk anak tak mampu. Sebagian besar pekerjaan warga di Cisitu hanya buruh kasar.

ATMOS: Suasana anak bermain

Warga setempat ikut bungah dengan hadirnya aneka permainan di Gang Sesama. Seperti dituturkan Nur Hayati dan Endang Kuswara.

NUR: Senang. Anak saya jadi tidak main jauh.
KBR68H: Sebelum ada permainan di Gang Sesama, anak main di mana?
NUR: Di Hegarmanah, kampung sebelah. Tempat neneknya. Syukur alhamdulilah sejak ada permainan di sini, main tak perlu jauh-jauh lagi.
ENDANG: Saya sangat mendukung. Artinya dapat memanfaatkan sarana. Dan bisa mengarahkan anak-anak ini dengan tidak berkeliaran. Artinya terkoordinir. Sehingga dapat di
awasi dalam satu tempat. Dan saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Sarah dan Kementerian Pekerjaan Umum yang telah menyediakan sarana seperti ini di tempat kami.

Sarah yang dimaksud adalah Sarah Ginting. Dialah arsitek yang menggagas Gang Sesama. Bagaimana Sarah muncul dengan ide membuat tempat bermain di gang sempit ini?

ATMOS: Suasana anak bermain


Proyek Arsitek di Lahan Terbatas

ATMOS: Suara piring dan garpu ...silahkan. Tamu duluan. Suka pedes atau tidak? Ini Spaghetti Oglio...)

Sarah Ginting memulai ceritanya tentang ide di balik Gang Sesama. Kata dia, ini berasal dari penelitian pasca sarcananya di The Bartlett School of Architecture, UCL, London, pada 2000 silam.

SARAH: Jadi memang punya ketertarikan tentang dunia anak. Kan seperti kata (Pablo) Picasso yang namanya orang kreatif itu yang berpikirnya seperti anak-anak.

Konsep arsitektur yang diusung lulusan Universitas Parahyangan, Bandung ini adalah mengolah ruang sempit menjadi arena permainan yang nyaman.

ATMOS: suara deru motor, suara tapak kaki dan anak-anak sedang bercanda

Gang Sesama yang diciptakan Sarah menjadi pemenang sayembara Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan atau Sustainable Urban Development.

SARAH: Nah di tahun 2009, waktu itu untuk pertama kalinya Kementerian Pekerjaan Umum menyelenggarakan sayembara nasional bersama Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Pusat Jakarta. Mereka menggelar sayembara namanya Pengadaan Ruang Publik di Lahan Terlantar. Sebenarnya nothing to loose. Ketimbang ini ada ide tanpa berharap apapun. Karena saya paham kalau (konsep ini) saya bawa ke forum arsitek, mereka bertanya kok arsitek bikin mainan? Itu selalu jadi pertanyaan. Tapi gak tahu ya kenapa jadi juara satu. Akhirnya kami dapat hibah, untuk melaksanakan.

SARAH: Mainan itu sebenarnya murah. Murah dari barang yang sederhana. Parameternya ketat memang. Kebetulan saya paham dengan dunia anak. Harus ada dua hal edukasinya: dia harus design of riding dan design of security. Itu memang dasar untuk gali kreatifitas anak, usia 3-11 tahun. Jadi konsepnya itu adalah kita itu membutuhkan gang yang lebarnya cuma 120 cm, bahannya sederhana cocok di iklim tropis dan mudah dalam perawatannya.

ATMOS: Karin sudah...(suara anak menjerit dan tertawa),....Karin sudah....Fajar sudah...(suara anak menjerit dan tertawa)

Dengan uang hadiah dari sayembara sebesar 30 juta rupiah, Sarah mulai membangun Gang Sesama di Blok Cisatu, Kelurahana Cieumbeuluit, Bandung. Lokasi ini ditemukan setelah 3 bulan, pada Agustus 2010. Tak mudah meyakinkan warga untuk mewujudkan ide taman bermainnya.

SARAH: Ketika ada program mereka itu mikirnya apakah ini kampanye tertentu atau proyekan tertentu. Atau akhirnya mereka sinis, karena ada satu lokasi di Bandung --yang tak perlu saya sebutkan tempatnya di mana--akhirnya proyek kita bubar. Dari pada dibikinkan mainan, lebih baik dibuat dangdutan lah. Cukup melelahkan.

ATMOS: suara deru motor, suara tapak kaki dan anak-anak sedang bercanda.

Sarah tak bekerja sendirian. Ia juga dibantu mahasiswa arsitektur dari Universitas Parahyangan Ban dung dan Universitas Gunadarma Jakarta. Setelah rampung, tempat ini diberi nama Gang Sesama, terinspirasi serial televisi untuk anak-anak.

SARAH: Maksudnya supaya lebih familiar, karena kan ada "Sesame Street" terus ada seri anak-anaknya kan (di televisi) Jalan Sesama. Nah kalau saya sebut Gang Sesama. Itu kan artinya milik kita bersama-sama, tapi di gang. Asal ada gang yang lebarnya 120 cm itu bisa dibikin tempat main...(tertawa))

ATMOS: suara anak-anak dan suara derit besi dan tali tambang ditarik

Setelah Gang Sesama di Cisatu, Sarah dan teman-temannya kini menyiapkan proyek serupa di perkampungan padat penduduk di wilayah Tamansari, masih di Bandung. Muhammad Iqbal Abdullah adalah salah satu mahasiswa Arsitektur ITB yang terlibat di sana.

IQBAL: Sangat padat (penduduknya). Jadi di sana ada sepetak tanah kosong, diantara bangunan-bangunan yang sangat tinggi. Misalnya di sana ada Ciwalk (Cihampelas Walk Mall). Wilayahnya juga kumuh.

Sarah ingin ada Gang Sesama lainnya di banyak perkampungan padat penduduk. Tak hanya di Bandung, tapi juga di kota-kota lain.

SARAH: Kalau boleh rencana ini bisa diimplementasikan di mana saja. Sejak 2007-2010 ada 40 prototype (mainan anak) yang siap dibuat. Dan kami dengan sukarela asal ada pihak yang tertarik, itu untuk memberi gambar kerjanya. Asal ada pihak yang tertarik ,monggo. Kita sharing.

SARAH: Kalau kepentingan saya pribadi adalah bagaimana kita bisa membuat ruang kota kita itu nyaman untuk dihuni oleh anak-anak.

ATMOS: Karin sudah...(suara anak menjerit dan tertawa),....Karin sudah....Fajar sudah...(suara anak menjerit dan tertawa)

ATMOS: Awas atuh....ha ha ha ha

Demikian SAGA yang disusun Reporter KBR68H Taufik Wijaya.
Foto: Taufik Wijaya

No comments:

Post a Comment