Monday, April 18, 2011

Detak Jantung Si Mungil yang Terbuang

Tempat sampah, selokan atau pinggir kali sungguh bukan tempat untuk bayi. Apalagi yang baru keluar dari rahim ibu. Namun, karena berbagai alasan, sang bayi yang baru saja menghirup udara kehidupan itu, musti teronggok di tempat sampah. Atau di rumah sakit. Dibuang. Komnas Perlindungan Anak melansir, antara Januari hingga Maret tahun ini saja, 20-an bayi ditemukan teronggok di sungai dan tempat sampah di wilayah Jakarta. Lebih dari separuhnya sudah tak bernyawa saat ditemukan. Reporter KBR68H Mellie Cynthia menelusuri soal ini untuk Anda.


BLOK I

Suasana Lalu Lintas Depan Masjid Nurul Iman

KBR68H: Saya tengah berdiri di depan Masjid Nurul Iman, Jalan Kubur Batu, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Masjid ini merupakan salah satu Tempat Kejadian Perkara atau TKP terakhir kasus pembuangan bayi di Jakarta. Di mana, pada akhir Maret lalu, ditemukan janin bayi, yang diperkirakan baru berusia 5 bulan, dibuang di tempat wudhu yang terletak di belakang masjid.

(Atmos_Deru mesin motor lewat, suasana sekolah samping masjid)


Masjid Nurul Iman letaknya berdampingan dengan sekolah taman kanak-kanak dan rumah warga. Syafe’i, salah satu pengurus mesjid, adalah orang yang menemukan jasad bayi itu.

SYAFE’I: Pada waktu itu, adik saya lagi lap kamar mandi, ada bungkusan plastik, dikirain sampah, pas dibuka, saya liat, oo ternyata isinya bayi yang sudah gak ada nyawanya. Bayi laki-laki, ada surat tertulis, amanat dari yang punya bayi, mohon bantuannya, tolong dikuburkan anak ini, namanya Dimas bin Ferry kalo gak salah, tadinya saya mau kuburkan tapi gak berani, jadi saya laporkan ke polisi, yang berwajib.

Dalam surat, sang ibu juga menulis alasannya membuang janinnya. Keguguran, katanya. Selain surat, ada juga uang 50 ribu dalam amplop. Untuk biaya pemakaman bayi.

(Atmos_Ibu-ibu bercengkerama, menyapu halaman)


Warga sekitar mesjid langsung geger begitu ditemukan jasad bayi bernama lengkap Dimas Ferin Herianto. Begitu nama yang diberikan sang ibu, seperti tertera di surat. Wiwik, ibu satu anak, mengaku ini kejadian pertama sejak ia tinggal di sini belasan tahun silam.

WIWIK: Ya kaget, kenapa kok seorang ibu buang bayinya, itu juga manusia, harusnya jangan gitu, baru ini aja ada kejadian gini, biasanya saya setengah 4 udah ke sini, tapi gak ada yang mencurigakan. Orangnya kayaknya ABG, mungkin dia bingung gak punya laki/ suami, jadi jalan keluar kayak gitu.

Meski belum terbukti, warga meyakini, pelaku bukan berasal dari lingkungan sekitar. Mesjid hanya dijadikan tempat pembuangan.

AYATI: ‘Gak mungkin ibu-ibu warga di sini, mungkin orang lewat kali naik motor, trus brenti di sini.

AHMAD: Di luar kayaknya, kalo warga sini kan ketahuan identitasnya, mungkin dia ya pernah ke sini, orang lewat, kalo warga sini kan si A si B ketahuan, kalo udah hamil apa belum.

Barang bukti berupa surat dan uang, kini di tangan polisi. Jasad janin juga sudah diotopsi di RS Cipto Mangunkusumo, karena ini termasuk kasus kriminal.

Hingga kini belum ada titik terang siapa ibu yang membuang bayinya. Petugas Polsek Kembangan, Kusno mengatakan, polisi sudah menanyai sejumlah saksi.

KUSNO: Ya kalo memang belum terungkap kasus ini ya memang kurang saksi, terutama informasi dari warga setempat. Polisi juga sudah melakukan pencarian di tempat-tempat kost di situ, ternyata sampai sekarang belum tahu, masyarakat juga belum ada yang tahu. KBR68H: Perlu kerjasama dengan masyarakat ?

KUSNO: Perlu sekali, masyarakat kalau ada yang tahu, harus segera mungkin lapor ke Polsek Kembangan.

Jika tertangkap, pelaku dikenakan dugaan tindak pidana pembunuhan, dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Meski pelaku adalah orangtuanya sendiri.

Suasana Lalu Lintas Depan RSCM

(Atmos_Bayi Menangis)

Nuke, bayi perempuan berusia 3 bulan itu, tergolek lemah dalam mesin inkubator. Ia tengah dirawat di Ruang Perinatologi, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ruang Perinatologi adalah ruang khusus untuk merawat bayi yang sakit atau lahir prematur. Bayi malang itu ditinggal kabur ibunya, sesaat setelah dilahirkan di rumah sakit yang sama. Suster mengatakan, ibunda Nuke adalah pemulung.

(Atmos_SFX Mesin Inkubator dan Suara Bayi Menangis)

Bayi-bayi seperti Dimas dan Nuke, yang tak diinginkan, bisa dibuang di mana saja. Ditemukan di tempat sampah, pinggir kali, atau di rumah sakit.

Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyebutkan, sejak tahun lalu setidaknya 9 bayi ditinggalkan ibunya sesaat setelah dilahirkan. Menurut Kepala Ruang Rawat Perinatologi RSCM, Nining Chaswini, kebanyakan alasannya adalah biaya.

NINING: Biasanya yang tinggal kontrak berpindah-pindah terus, rata-rata karena faktor sosial ekonomi rendah dan hamil di luar nikah. Kami tidak pernah membedakan pasien, kami tidak boleh menolak, harus kami terima. Biasanya bayi yang ditinggalkan kondisinya parah. Prematur, selain itu , punya masalah gangguan pernafasan.

Rumah sakit kerap kesulitan melacak keberadaan si ibu yang kabur, karena ketika mendaftar sebagai pasien, mereka memberi identitas dan alamat palsu. Nining menambahkan, rasa kemanusiaan lah yang mendorong rumah sakit mendahulukan keselamatan ibu yang akan melahirkan, ketimbang memastikan keabsahan identitas.

NINING: Perawat di sana melaporkan, ibu ini kabur, bayinya kan di kami. Nanti Humas yang akan cari alamat yang tertera di Identitas Pasien Rawat Inap, kebanyakan alamat palsu. Setelah dicek, RT/RW yang bersangkutan mengatakan, orang itu tidak berdomisili di alamat tersebut, biasanya seperti itu.

Atmos_SFX Mesin Inkubator dan Suara Bayi Menangis

Saat ini, Dinas Sosial Jakarta tengah memproses status bayi-bayi yang ditinggalkan di RSCM itu sebagai pasien terlantar. Nantinya, bayi-bayi itu akan dirawat di yayasan atau panti asuhan rujukan pemerintah.

Sementara itu, Kementerian Sosial mengklaim telah menggulirkan dana sekitar 280 miliar rupiah per tahun. Dana ini untuk memastikan seluruh anak balita Indonesia, termasuk anak yang masih dalam kandungan, mendapatkan jaminan pendidikan dan kesehatan. Direktur Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Kemensos, Harry Hikmat.

HARRY: Jangan sampai karena kesulitan ekonomi, orang tua berbuat nekat. Karena itu, kita pastikan mereka mendapat perlindungan, contoh, kalau punya anak balita, kita dukung dalam bentuk tabungan kesejahteraan sosial anak, antara 1,5 -1,8 juta per tahun. Jadi, ibu yang sedang hamil, juga punya akses kepada tabungan, jadi safety net untuk mendapat perawatan ketika melahirkan.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait tidak setuju jika kemiskinan dijadikan kambing hitam. Kata dia, motif orangtua membuang bayi bukan melulu karena faktor ekonomi. Akar masalahnya adalah penurunan moral dan hilangnya nilai-nilai agama, terutama bagi generasi muda. Karena itu, Arist menegaskan, mutlak untuk menjatuhkan sanksi moral terhadap orang tua yang membuang bayinya.

ARIST: Konvensi PBB tentang Hak Anak, setiap orang punya hak hidup, bukan saja perempuan yang dipersalahkan, tapi laki-lakinya juga ikut dipersalahkan, ini kejahatan kepada kemanusiaan, karena mencabut otoritas Tuhan kan. Bukan saja pidana atau kriminalisasi, tapi juga moral sanction, harus diumumkan di depan publik.

Arist juga mendorong pemerintah mensosialisasikan program Rumah Perlindungan Anak berbasis masyarakat. Tanggung jawab sosial ada di warga, bukan pemerintah.

ARIST: Jika ada masalah di lingkungannya, ada emergency respond jadi masyarakat terlibat, kan banyak kelompok PKK, pengajian, sehingga kalau ada yang tidak bisa mengasuh anaknya, bisa dititipkan sementara. Pengasuhan yang terbaik adalah pengasuhan yang berbasis keluarga. Semiskin apa pun keluarga itu, kalau dia bertanggung jawab, anak akan sejahtera. Bukan kaya tapi mendapatkan kasih sayang. Sehingga tidak perlu membuang. Jujur saja, kalo dia punya perilaku menyimpang, kenapa harus dibunuh??

Hidup dan mati memang ada di tangan Yang Kuasa. Meski telah dibuang dan berhari-hari teronggok di tempat sampah atau kolong jembatan, jantung bayi-bayi yang tidak diinginkan itu masih ada yang berdetak. Sebagian dari mereka berhasil bertahan hidup. Tapi, bagaimana masa depan mereka?

BLOK II

(Atmos_Lagu anak-anak dan suasana meninabobokan bayi)

Sari tengah menggendong dan memberi susu kepada Tyo. Sari adalah ibu asuh di Panti Asuhan Sayap Ibu. Sementara Tyo adalah bayi 7 bulan yang ditemukan dalam sebuah kardus di kolong jembatan daerah Jakarta Timur. Selain Tyo, juga ada Slamet dan Rizieq.

Bayi-bayi menggemaskan itu awalnya tergolek lemah, dibungkus plastik di stasiun kereta dan terminal, sebelum akhirnya ditemukan dan dibawa ke Sayap Ibu.

(Atmos_Lagu anak-anak dan suara bayi menangis)

Sayap Ibu yang terletak di bilangan Barito, Jakarta Selatan adalah satu-satunya panti swasta yang dirujuk pemerintah untuk menampung dan merawat bayi yang dibuang orang tuanya. Kepala Panti Asuhan Sayap Ibu, Ita Hendro.

ITA: Kita terima semua bayi terlantar, bagaimanapun kondisi keluarganya. Yang terbaik ada dalam keluarganya, kita akan carikan orang tua adposi, kalaupun bukan keluarga sendiri, paling tidak mendekati keluarga sendiri.

Seringkali bayi yang dibuang lahir dengan kondisi tubuh yang tak sempurna. Seperti Tegar dan Akbar, yang ditinggalkan di rumah sakit setelah dilahirkan.

(Atmos_anak-anak usia SD bermain di halaman)

Sekilas, tak terlihat kejanggalan apa pun pada bocah 7 tahun ini. Tapi, jika diperhatikan lebih dekat, kedua kaki Tegar berukuran lebih kecil dibandingkan ukuran normal anak seusianya. Jalan pun susah. Demikian pula Akbar. Bibirnya sumbing dan agak sulit berbicara. Menurut Kepala Panti Asuhan Sayap Ibu, Ita Hendro, sejak lahir belum ada yang mengadopsi Tegar dan Akbar.

ITA: Kalau sampai umur 5 tahun, ada yang belon diadopsi, itu karena biasanya mereka kekurangannya cukup banyak sehingga tidak memungkinkan orang mengadopsi. Biasanya mereka dibuang karena ada kekurangan fisik, akibatnya agak sulit kita mencarikan orang tua adopsi, ada yang nggak bisa jalan, keterbelakangan mental.

Selain cacat fisik, panjangnya proses adopsi anak yang dulunya dibuang, juga menjadi kendala. Sebab tak ada dokumen yang dibutuhkan, seperti akte kelahiran dan KTP orangtua kandung.

ITA: Gak punya dokumen, kita serahkan ke Dinas Sosial, approving menyetujui OK ini anak yang terlantar, surat polisi. Proses panjang, kita harus iklankan sebanyak 3 kali, siapa yang bisa klaim anak ini. Jika tidak ada baru itu dianggap anak terlantar, dengan sepengetahuan Dinas Sosial DKI, kita carikan orang tua adopsi.

(Atmos_suasana anak panti bermain)

Ita berharap ada orangtua yang terketuk hatinya untuk mengadopsi Tegar, Akbar dan sejumlah anak lain yang dulu dibuang orang tuanya. Bagaimana pun, keluarga adalah tempat terbaik untuk anak tumbuh dan berkembang. Bukan panti.

ITA: Kalau kita memindahkan anak ini ke panti yang lain, kita sudah kehilangan kontrol, tidak tahu lagi masa depan seperti apa, yang kita tahu, mereka yang pindah ke panti lain, kembali ke Sayap Ibu minta pertolongan. Tapi kalau anak yang diadopsi, biasanya kembali dengan kondisi jauh lebih baik, menjadi orang besar.

Menjadi orang besar, seperti diimpikan Akbar.

KBR68H: Akbar kelas berapa?
AKBAR: Kelas 2.
KBR68H: Sekolah di mana? Di sekolah pinter ?
AKBAR: pinter, bahasa Inggris ulangan dapet 100.
KBR68H: Cita-cita kamu apa?
AKBAR: Pemadam kebakaran. Enak.
KBR68H: Nanti kalo kena api gimana?
AKBAR: Ya nyemprot, kalo ada kebakaran langsung dipadamkan, berani dong.

(mel/cit)

No comments:

Post a Comment