Monday, April 25, 2011

Jejak Kritis Franky Sahilatua

Seniman yang langka. Begitu kesan yang ditorehkan teman-temannya kepada Franky Sahilatua. Langka karena lagu-lagunya yang banyak menggambarkan kehidupan masyarakat kecil. Juga langka karena Franky tak pernah segan turun langsung membela kaum miskin, teraniaya dan tertindas. Tahun-tahun belakangan Franky aktif dalam gerakan anti-korupsi. Pekan lalu, langkahnya terhenti, Franky menyerah dengan penyakitnya multiple mielom, tapi semangat dan sikap kritisnya bakal terus berlanjut. Reporter KBR68H Sutami merekam jejak sikap kritis Frany Sahilatua.







Jejak Kritis Franky Sahilatua by sagakbr68h

BLOK 1

KEN: Nah sampai tadi malam itu sebenarnya masih baik-baik aja. Cuma pagi ini sekitar jam 10-11 itu mulai. Tekanan darahnya mulai turun, saturasi oksigen didarah mulai turun, detak jantung juga mulai turun, demamnya tinggi..

Musisi Franky Sahilatua meninggal pekan lalu setelah hampir setahun berjuang melawan penyakitnya, multiple mielom alias kanker tulang sumsum. Franky juga harus berjuang menghadapi tumor yang muncul ditulang ekornya, kata Ken Noorca Sahilatua, putra Franky. Hampir setengah tahun berobat di Singapura, kesehatan musisi yang populer di era 70-an ini sempat membaik.

KEN: Sebenarnya kalau dari kondisinya, agak membaik ya. maksudnya kebelakangnya mulai lancar, makannya mulai gampang, minumnya gampang juga. Sakit-sakitnya itu berkurang. Biasanya kalau digerakkin sedikit, ke kanan atau kekiri itu sakitnya minta ampun. Nah ini kebelakang sudah mulai berkurang.

Lagu Franky Sahilatua_Siti Julaikha

FRANKY: Gadis berkebaya naik sepeda, bernama Siti Julaikha dari keluarga rakyat jelata.

JANE: Gadis berkebaya Siti Julaikha, na na na na..

Franky Sahilatua terlahir dengan nama Franklin Hubert Sahilatua, 16 Agustus, 58 tahun lalu di Surabaya. Ia mengawali karir bermusiknya tahun 1975, bersama adiknya Jeanne Limbong Sahilatua. Mereka dikenal dengan duet Franky & Jane. Bersama, mereka menelurkan 15 album. Oleh pemerhati musik Denny Sakrie, Franky dijuluki sebagai tukang potret.

DENNY : Dia menempatkan pokok-pokok pikirannya itu dalam musik dengan melihat kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, gitu. Saya sih menyebutnya dia sebagai seorang pemotret gitu. Artinya dengan kejadian yang ada di sekelilingnya. Contoh di tahun 78 muncul lagu ‘Bis Kota’. Pada saat dia mulai dikenal dengan duet bersama adiknya Franky and Jane. Terus ada lagu musim bunga, bahwa pada saat itu Franky menawarkan, kenapa sih orang berlomba-lomba melakukan urbanisasi ke kota. Padahal di desa itu, banyak sesuatu yang bisa digarap, banyak keindahan-keindahan yang bisa digarap di desa.

Lagu Musim Bunga

LAGU ‘Musim Bunga’: Di suatu perkampungan bunga, di musim petik indah warnanya. Menghias rumah, halaman rakyat. Ramai-ramai perempuan desa, dengan keranjang di atas kepala....

Denny Sakrie mencatat, Franky Sahilatua adalah musisi yang setia dengan musik protesnya. Di awal 70-an, Franky bergabung dalam sebuah grup, Lemon’s Tree namanya. Grup musik yang berdiri di Surabaya ini membawakan lagu-lagu kerakyatan alias folk song. Selain Franky, Lemon’s Tree juga digawangi oleh Gombloh dan Leo Kristi.

DENNY : Dia kan sebenarnya sudah mengawali sejak awal-awal 70-an. Ketika saat itu Indonesia lagi, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya, itu merebak sebuah trend yang namanya musik folk. Yang merupakan adopsi dari gerakan-gerakan folks yang ada di Amerika, dengan protest song seperti Bob Dylan, Peter Sieger dan lain-lain. Itu diadopsi oleh musisi kita disini.

Protes yang kerap disuarakan Franky lewat lagu-lagunya merupakan cerminan perjalanan hidupnya. Juga perjalanannya ke pelosok negeri, kata Jeanne Sahilatua, adik, sekaligus rekan duet Franky.

JEANNE: Jadi dulu dia pernah merasakan kesulitan ya, secara keuangan. Tapi setelah itu, dia masih sering jalan ke kota-kota, lihat orang yang miskin. Dia gak ingin keadaan itu begitu. Jadi itu keinginan seorang Franky.

Duet Franky And Jane berakhir di pertengahan 80-an, ketika Jeanne memutuskan untuk menikah.

Lagu Orang Pinggiran

Tak lagi berduet dengan adiknya, Franky berduet dengan banyak musisi, salah satunya Iwan Fals. Di era 90-an, Franky merekam tiga lagu bersama Iwan. Lagu ‘Orang Pinggiran’, salah satunya.

Lagu Orang Pinggiran

LAGU ‘Orang Pinggiran’: Orang pinggiran o ya ye yo, Ada di trotoar o ya ye yo, Ada di bis kota o ya ye yo, Ada di pabrik-pabrik o ya ye yo. Orang pinggiran o ya ye yo, Di terik mentari o ya ye yo, Di jalan becek o ya ye yo. Menyanyi dan menari o ya ye yo

Franky tak cuma menyuarakan derita orang miskin lewat lagunya, tapi juga turun kejalan bersama mereka yang tertindas.

Lagu Orang Pinggiran

Blok 2

Menjelang berakhirnya rezim otoriter Soeharto, Franky Sahilatua berkolaborasi dengan budayawan Emha Ainun Najib. Franky membawakan lagu yang ditulis Emha: ‘Perahu Retak’.

LAGU ‘Perahu Retak’: Tapiku heran di tengah perjalanan, munculah ketimpangan. Aku heran, aku heran, yang salah dipertahankan. Aku heran, aku heran, yang benar disingkirkan....

Protes ketidakadilan yang disuarakan Franky lewat ‘Perahu Retak’ menjadi pengiring tumbangnya rezim Soeharto, 3 tahun sesudahnya.

LAGU ‘Perahu Retak’: Perahu bangsaku, perahu negeriku, jangan retak dindingmu. Semangat rakyatku, derap kaki tekadmu, jangan terantuk batu, damai pertiwi, anugerah illahi....

Mundurnya Soeharto sebagai Presiden, tak membuat perjuangan Franky selesai. Pada 2008, Franky bergabung dengan Koalisi Cicak-Buaya. Wakil Koordinator ICW Emerson Yuntho menyebut, Franky dengan sukarela menyumbangkan tenaga dan waktunya untuk koalisi ini.

EMERSON: Yang pasti di Cicak-Buaya Franky jadi salah satu artis dan seniman yang memberikan dukungan terhadap penolakan terhadap pelemahan KPK. Cicak-Buaya kan jadi satu fenomena bagaimana publik menilai kriminalisasi kepada pimpinan KPK dan ini mengarah kepada agenda pemberantasan korupsi. Seniman jadi salah satu pihak-pihak yang mempunyai keterlibatan untuk menjadikan gerakan cicak buaya ini menjadi pintu masuk bagi publik melakukan penolakan terhadap kriminalisasi KPK.

Empat tahun sebelumnya, putra pasangan Hubert Johannes Sahilatua dan Theodora Joveva Uneputi- Sahilatua ini bergabung dengan musisi almarhum Harry Roesli. Bersama sejumlah tokoh masyarakat mereka mengkampanyekan anti-politisi busuk. Harry dan Franky dipilih, karena rekam jejak mereka yang konsisten menyuarakan ketidakadilan, tutur Emerson.

EMERSON: 2004 lah ya, ketika kita mengangkat isu tidak pilih politikus busuk waktu itu, dengan sejumlah elemen, termasuk kita juga, saat itu menggandeng sejumlah kelompok seniman, Harry Roesli juga ada Franky, yang kita ajak mengkritsi soal proses-proses pemilihan. Khususnya pemilihan di legislatif. Banyak kasus politikus busuk yang terpilih, ini sekaligus penyadaran politik buat masyarakat. Nah salah satu bahan kampanye yang menarik adalah melibatkan seniman waktu itu.

LAGU ‘Jangan Pilih Mereka’: “Jangan-jangan pilih mereka, berpolitik untuk korupsi. Jangan-jangan pilih mereka, berpolitik menipu rakyat. Ayo kawan lawan mereka, yang merampok uang negara, ayo kawan lawan mereka, yang membuat rakyat sengsata, ayo lawan.....

Jejak Franky juga terekam di sektor perburuhan. 2006 silam, Organisasi Buruh Internasional, ILO menobatkan Franky menjadi salah satu dari tiga duta buruh migran Indonesia. Dua lainnya adalah pedangdut Nini Karlina dan artis, yang kini menjadi anggota Komisi Ketenagakerjaan DPR, Rieke Dyah Pitaloka. Ketiganya didaulat menjadi Duta Buruh Migran atas usul Serikat Buruh Migran Indonesia, SBMI, kata Koordinator Perlindungan Buruh Migran ILO, Albert Bonasahat.

ALBERT: Beliau sungguh memperhatikan teman-teman buruh migran. Kalau banyak acara-acara yang dikoordinir baik itu SBMI sendiri, Migrant Care, atau acara lainnya, sepanjang yang saya tahu, beliau selalu berkomitmen untuk menghadiri dan ikut terlibat jauh dalam kampanye perlindungan buruh migran. Untuk semua yang berkaitan dengan perlindungan buruh migran, ketiga nama tersebut, termasuk almarhum selalu ikut serta secara aktif.

Untuk kampanye-kampanye perlindungan buruh migran, Franky tak berhitung bayaran.

ALBERT: Tapi Bang Franky dengan sangat enteng dan juga yakin, enteng menjawab ‘Sudah, kalian gak usah pikirkan itu. Saya bersedia adalah karena saya melihat persoalan buruh migran yang rasanya membutuhkan perhatian lebih besar dari masyarakat satu, dan pemerintah. Dan saya melihat’, ini kata-kata bang Franky ya, ‘saya melihat bahwa mungkin saya bisa berperan kecil disitu untuk menarik perhatian masyarakat dan pemerintah untuk perbaikan kondisi buruh migran’.

Sebagai seniman dan aktivis, Franky memang tak pernah peduli dengan sisi komersial lagu-lagunya. Yang lebih utama bagi seorang Franky adalah masyrakat menjadikan lagu-lagunya sebagai bahan pelajaran. Termasuk dalam hal keberagaman, kata Direktur Wahid Institute, Yenny Zanuba Wahid.

YENNY: Karya-karyanya digunakan untuk memastikan bahwa masyarakat ini terbuka pikirannya. Jadi ada karya-karyanya yang monumental kan kayak ‘Pancasila Rumah kita’. Itu kan, kegelisahan Bang Franky dalam sebuah karya untuk mengetuk hati masyarakat agar kembali lagi mengusung kebhinekaan. Itu misalnya.

Sebagai pengagum Gus Dus, Franky masih berhutang lagu tentang tokoh pluralisme Indonesia, tutur Yenny, putri Gus Dur.

YENNY: Terakhir beliau itu sedang mengarang lagu tentang Gus Dur. Tapi belum selesai. Jadi pernah cerita kepada kita gitu. Jadi buat kita ya sedih banget kehilangan bang Franky ini..









Lagu 'Gus' karya Franky Sahilatua by sagakbr68h

Semangat Franky menyuarakan protes sosial terus menggelora, meski harus tersandera dengan penyakitnya. Setidaknya ada tiga lagu yang dihasilkan Franky saat ia terbaring lemah ditempat tidurnya, kata Garin Nugroho, sineas dan sahabat Franky.

GARIN: Ada tiga lagu baru, yang luar biasa kan dalam keadaan sangat sakit dan kesulitan dia masih mencari data tentang jumlah pengangguran, jumlah kemiskinan di tiap kota, sehingga dia melahirkan lagu ‘Roti dan Sirkus’. Kemudian terakhir dia membikin lagu ‘Serdadu dan Kerikil’. Jadi kisah sepatu serdadu ada kerikilnya. Lalu dia ngajak nyanyi bareng, tapi sudah tidak ada suaranya lagi, cuma gumam yang tak jelas.

Proses pembuatan lagu ini menguras sisa-sisa tenaganya, tutur Jeane Sahilatua, adik Franky.

JEANNE: Jadi sampai tuntas dia selesaikan. Saat sakit dia sambil tiduran nyanyi. Tapi abis nyanyi gitu langsung lemes badannya. Gak kuat lagi dia.

Franky adalah seorang troubadour, ia berkelana dari satu kota ke kota lainnya. Menjadikan semua kesempatan sebagai panggungnya. Franky juga mengajari kaum miskin dengan lagu-lagu perjuangan.

Perjalanan Franky mungkin sudah selesai, tapi cita-citanya terus berlanjut. Setidaknya sineas Garin Nugroho akan melanjutkan keinginan terakhir seorang Franky, naik kapal ke Surabaya sambil mendongeng tentang Pancasila.

GARIN: Karena saya menyanggupi untuk membawa dia ke lima kota naik kapal, karena dia ingin naik kapal menyanyikan dongeng Pancasila, ya. dan semangatnya luar biasa sekali. Jadi nanti saya pasti mewujudkan lah nyanyi di lima kota itu.

LAGU ‘Perjalanan’: Dengan kereta malam, kupulang sendiri. Mengikuti rasa rindu. Pada kampung halamanku, pada ayah yang menunggu, pada ibu yang mengasihiku..

Selamat jalan Franky.

Demikian Saga KBR68H. Saya Sutami, terimakasih telah mendengarkan.

No comments:

Post a Comment